Wednesday, September 19, 2018

Akhirnya Kesampaian ke Holy Wings

Udah tiga kali, dalam dua bulan terakhir, gue ke Holy Wings tapi gagal terus dapat tempat duduk, yang berujung gue (dengan keadaan hati yang gondok) terpaksa kembali ke kostan. Ya, mau bagaimana lagi, ya, wong gue datangnya pas akhir pekan, udah pastinya tempat itu ramai pengunjung bermabuk-mabuk ria. Akhirnya, sore ini gue memutuskan untuk berkunjung ke tempat nongkrong tersebut pas di jam bukanya. Berhubung hari ini hari kerja, gue sangat yakin gue akan mendapat kursi kosong. Kalau sampai nggak, berarti kebangetan, soalnya gue cuma seorang diri.

Holy Wings mempunyai konsep yang agak mirip dengan Pao Pao, di mana tempat nongkrong ini adalah restoran merangkap bar. Makanan andalannya adalah chicken wings dan pentol yang disajikan dengan berbagai macam bumbu. Makanan lain pun ada, yang pakai nasi juga ada, tapi kebanyakan makanannya adalah cemilan untuk menemani alkohol yang kalian pesan. Pilihan alkoholnya banyak banget, bisa pun kalian ke bar dan menunjuk ke botol mana yang kalian mau. Tapi, jangan lupa untuk menyiapkan lembaran seratus ribu yang banyak karena harga makanan dan minuman di tempat ini lumayan mahal.


15 menit lewat jam bukanya, yaitu pukul 5 sore hari, gue disambut oleh salah satu pelayannya yang berjaga di pintu masuk restoran tersebut (restoran merangkap bar lah, ya). "Berapa orang, Kak," tanya si Mbak mungil. "Saya sendiri, Mbak". Lalu gue diarahkan ke meja yang bisa menampung 10 orang. Baiklah.

Sampai sekarang, gue masih menjadi pelanggan pertama dan satu-satunya pelanggan di Holy Wings. Nggak ada orang sama sekali! Bahkan para staf Holy Wings pun masih sibuk dengan mengecek sounds system untuk live music yang entah jam berapa akan dimulai. Para staf yang berjaga di belakang bar pun tengah berlatih lemparan-lemparan botol dan gelas kocoknya. Seandainya suara dentuman musiknya nggak terlalu menggelegar, gue jamin bisikan para jangkring bisa terdengar. Krik krik serr~

Sambil menunggu Salted Egg Chicken Wings, gue menghabiskan waktu dengan menulis, ditemani oleh segelas teh tawar panas. Nanti, kalau kalian mau pesan minuman yang sama dengan gue, jangan bilang "teh tawar panas", ya. Mintanya, "hot tea". Kalau ditanya, "Pakai gula, nggak?", baru deh jawab sesuai dengan kebutuhan.


Ditengah-tengah tulisan gue tentang Rumah Makan Apeng, pesanan gue datang: Salted Egg Chicken Wings yang udah gue impi-impikan dari tiga kali kunjungan gue yang kunjung gagal. Satu porsi harganya Rp45.000,00 dan isinya adalah tiga potong paha dan tiga potong sayap. Gue diberikan dua pasang sarung tangan plastik dan satu buah ember kecil oleh pelayannya. Gue singkirkan laptop ke samping gue, lalu gue mulai melahap ayam goreng tersebut dengan diiringi dentuman irama yang membuat gue ingin memesan bir Bintang ukuran besar. Sayang besok gue terbang.

Karena gue diberikan meja di bawah pohon sintetis, gue nggak mendapat penerangan yang cukup untuk mengabadikan tampilan chicken wings-nya dengan mode kamera biasa. Maka dari itu, saatnya Huji beraksi!

Satu porsinya berisi enam potong ayam, yaitu tiga paha dan tiga sayap. Disajikan dengan mangkuk alumunium yang beralaskan wadah kayu, tampilan chicken wings yang cukup sederhana ini berhasil membuat mulut gue banjir air liur. Padahal masih panas, tapi tetap gue santap dengan semangat 45.

Ayamnya digoreng dengan sangat sangat baik, di mana kulit dan tulang mudanya sangat garing, tapi dagingnya tetap empuk. Agak sedikit berminyak, tapi nggak apa-apa, dan bumbu telur asinnya sangat berlimpah. Bahkan di dasar mangkuknya masih ada dan menggenang sehingga bisa gue cocol dengan suwiran daging pahanya. Di depan gue adalah bar yang dipasangkan empat buah televisi besar yang sedang memutar Star Wars: the Last Jedi. Gue berasa seperti makan di rumah: sambil nonton tv.


Setelah ayam gue habis, gue masih belum mau pulang, jadilah gue pesan satu porsi Babi Panggang Bangka seharga Rp75.000,00. Gue lupa bentukan babi panggang asal Bangka itu seperti apa, jadilah gue tanya salah satu pelayannya untuk menjelaskan ke gue tentang makanan tersebut. Sayang, pelayan itu nggak tau dengan makanan yang disajikan di tempat restoran tempat dia sendiri bekerja. "Itu, mmm, kayak babi guling gitu, Kak. Ada pork belly-nya dan kulit keringnya," jelas si Mbak setelah bertanya ke beberapa teman kerjanya. Ya udah lah, lebih baik gue pesan aja biar gue tau sendiri.

Gue pikir porsinya besar karena harganya yang cukup mahal, ternyata cuma sedikit banget. Disajikan di mangkuk kecil, berhiaskan daun pisang yang ujung-ujungnya gue buang, potongan Babi Panggang Bangka itu disajikan dengan sambal pedas di mangkuk kecil terpisah. Potongannya sangat kecil dan sangat tipis, tapi rasanya luar biasa!


Betul kata si Mbak, memang Babi Panggang Bangka itu seperti babi panggang pada umumnya, hanya saja bumbunya yang beda. Kulitnya garing banget, seperti kerupuk saat digigit, dan rasanya sangat gurih, sementara dagingnya kering dan alot, tapi rasanya manis dengan sedikit ada rasa rempah-rempah. Untungnya, rasanya sama persis seperti babi panggang asal Bangka yang waktu itu sempat dibawakan salah satu Oom gue sepulangnya dia dari Bangka, jadi gue nggak kecewa sama sekali dengan porsinya yang sedikit dan cukup mahal ini.

Gue saranin, kalau kalian mau ke Holy Wings di akhir pekan, kalian bikin reservasi tempat dulu dengan menelfon nomor di bawah ini. Asli, sakit hatinya berkepanjangan kalau nggak dapet tempat. Mau nunggu, sih, bisa, tapi meja mana yang akan kosong di akhir pekan, kan? Pilihannya antara sabar, cari tempat lain, atau balik ke kostan dan pesan bir Bintang via Go-Jek.


Holy Wings
Jl. Kertajaya Indah
Blok S No. 201
Kertajaya, Surabaya 60116

Opening Hours:
MON - THU: 5PM - 11PM
FRI - SUN: 5PM - 2.30AM

Contact:
(+63) 811 319 8168 

1 comment: