Monday, May 29, 2017

Jalan-jalan ke Kota

Pas kemarin di Bali, ada satu hari di mana gue dan Ibu gue jalan-jalan ke kota untuk belanja dan nonton film di bioskop. Karena rumah kami memang letaknya di desa, kanan kiri sawah semua dan kalau malam-malam gelapnya kayak lagi program Live In di pedalaman kampung, kami memang benar-benar harus ke kota kalau mau mencari hiburan. Perkebunan padi seketika berubah menjadi jalan raya yang diramaikan kendaraan berplat nomor DK. Gue pun menjadi semangat saat sampai tujuan karena udah lama nggak ngeliat papan reklame bulat berwarna hijau tua dengan tulisan Starbucks. "Bener-bener kayak orang desa main ke kota, ya," ucap Ibu gue.

Perjalanan dari Desa Pejeng ke Denpasar kurang lebih dua jam. Destinasi pertama kami adalah Mal Bali Galeria yang terletak di sisi Jalan By Pass. Dengan desain gedung yang sepertinya mengikuti gedung tradisional di Bali, Mal itu tampak beda dengan mall-mall lainnya yang pernah gue kunjungi. Hanya dua lantai, bangunannya luas dan tidak dihias dengan Air Conditioner di setiap sudutnya, dan dilengkapi dengan area berjalan yang hijau di tengah-tengahnya. Ibarat donat tapi dalam bentuk kotak dan adalah sebuah bangunan. 

Siang itu, kami mampir ke bioskop yang ada di Mal Bali Galeria dan menikmatti indahnya nonton film keluaran terbaru dalam keadaan sepi. Belum pernah, seumur hidup gue, gue nonton film dengan keadaan sesepi dan sekosong itu. Cuma ada lima orang doang dalam satu studio!  

Kami nonton Alien: Covenant. Gue penggemar berat seri film Alien karena itu adalah makanan sehari-hari gue saat gue masih berumur 4 tahun. Iya, sekecil itu gue udah nonton film garapan Ridley Scott dari yang pertama sampai yang keempat. Gue bahkan inget banget di suatu siang, saat gue masih TK dan sedang disuapin sama Ibu gue, gue lebih memilih nonton Alien ketimbang film Robin Hood karya Disney. 

Tapi film itu pun yang menyebabkan gue takut setengah mati berenang di kolam, dan di laut. Pokoknya aktivitas apapun yang mengharuskan gue untuk berinteraksi dengan air, gue ogah, dan ketakutan ini berlangsung sampai gue kelas 3 SD. Akhirnya, setelah gue dipaksa ikut kursus dan berhasil berenang dari tepi kolam ke tepi seberangnya, dalam keadaan hujan badai yang membuat air kolamnya butek nggak karuan, atas dorongan Bapak gue, gue pun berhasil menghilangkan rasa takut dikejar-kejar Xenomorph di dalam air.


Selesai nonton film, gue kepingin makan yang berkuah karena, ternyata gue baru sadar bahwa makanan berkuah adalah comfort food buat gue, gue mendapat kabar yang nggak enakin. Jadi, ketimbang seharian mecucu dan menyebarkan hawa negatif ke seluruh penjuru Denpasar, gue memutuskan untuk makan Soto Betawi di Kafe Betawi.




Ditemani kerupuk oren yang rasanya terlalu bagus kalau dibandingin dengan kerupuk oren ala tukang ketoprak gerobakan, gue melahap Soto Betawi gue yang dihias dengan remahan emping dan bawang goreng. Rasanya nggak kayak Soto Betawi sama sekali, lebih kayak sayur lodeh. Terlalu banyak santan, terlalu manis, dan nggak ada gurih-gurihnya blas. Agak mengecewakan, tapi cukup untuk menghibur hati yang lagi gundah. Ditambahin sambel pun nggak ngaruh apa-apa karena rasanya tetap kayak sayur lodeh dan bukan rasa soto.



Sebelum meninggalkan Mal Bali Galieria, untuk ketemuan dengan Tante gue di daerah Seminyak, gue sempet mampir ke gerai Starbucks yang membuka cabangnya di mal tersebut dan membeli tumbler yang gue kepingin dari kapan tau. Sayangnya, desain tumbler yang gue mau udah nggak ada, karena udah lewat musimnya, jadinya gue pilih yang paling murah aja. Tadinya gue mau bayar pakai Starbucks Card, karena bisa dikasih diskon 10% untuk tumbler-nya dan dapat minuman gratis seukuran Tall, sayangnya mesin pengoperasian kartunya sedang error. Batal dapat diskon, deh. But I got me this tall-sized Iced Shaken Lemonade, with Passion Fruit Tea and less ice, so yay!


Yang tadinya mau ketemuan di Nalu Bowls harus diganti karena, saat itu, Nalu Bowls akan tutup dalam waktu satu jam. Akhirnya kami pindah haluan dan memutuskan untuk ketemuan di Earth Cafe yang terletak di sisi Jalan Kayu Aya. 


Nggak susah kok untuk menemukan Earth Cafe ini karena terbantu dengan papan reklame warna hijau yang kemungkinannya kecil untuk kelewatan. Awalnya sempat bingung mau parkir di mana karena cafe ini mungil banget, tapi ternyata ada parkiran khusus di dalamnya yang bisa memuat mobil dalam hitungan jari dan beberapa motor.



Karena saat itu gue lagi sok-sokan mau menerapkan hidup hits dengan diet sehat, jadilah gue pesan chia pudding parfait ini yang nama aslinya gue lupa. Parfait ini terbuat dari chia seeds yang dicampur dengan almond milk hingga mengembang, yang kemudian dihias dengan potongan stroberi, potongan mangga, taburan kuaci dan goji berry, tumpahan pemanis alami yang terbuat dari kurma, sedikit yogurt, dan parutan kelapa kering. Wow, Kinan jadi vegan! Hidup vegan!


Gue nggak nyangka makanan sekecil ini ternyata semengenyangkan itu. Asli, gue kenyang banget makan beginian doang! Beberapa suap terakhir itu rasanya menyiksa, entah kenapa. Sebenarnya enak kok, meskipun kalau chia puddingnya dimakan sendiri aja akan terasa sangat hambar maka dari itu dikasih segala hiasan biar ada rasa sedikit, tapi lama-lama lidah gue bosen juga dengan makanan vegan dan organik ini. Gue sangat merekomendasikan parfait ini untuk kalian yang asli vegan dan yang sedang diet sehat.


Sementara itu, Ibu gue tengah sibuk dengan jamur goreng kriuk dan jus C4-nya yang terdiri dari wortel, timun, dan apel. Kenapa ya, rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau? Kayaknya enak banget Ibu gue ngunyah potongan-potongan jamur yang dibalut tepung garing nan gurih. Makannya pakai kecap asin pula, tambah enak kan jadinya!




Sudah, deh, setelah kenyang menyantap biji ngembang yang rasanya hambar itu, gue dan Ibu gue memutuskan untuk kembali ke Desa Pejeng. Sudah cukup jalan-jalannya di kota, besok-besok lagi kalau udah suntuk dengan sawah dan segala hutan belantaranya. Dan gue pun harus menyetir dalam posisi kekenyangan yang membuat gue agak mengantuk. Sip.


Kafe Betawi
Mal Bali Galeria
Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai

Opening Hours:
Monday - Sunday: 10AM - 10PM


Starbucks
Mal Bali Galeria
Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai

Opening Hours:
Monday - Sunday: 10AM - 10PM


Earth Cafe
Jl. Kayu Aya, Seminyak

Opening Hours:
Monday - Sunday: 7AM - 11PM

No comments:

Post a Comment