Saturday, June 17, 2017

Caramel Popcorn McFlurry

Kemarin gue menyempatkan diri untuk drive thru mekdi dan jajan es krim McFlurry dengan sisa-sisa ribuan yang ada di mobil. "Mbak, total harganya jadi berapa, ya, kalau ditambahin pajak," teriak gue ke intercom setelah memesan salah satu varian baru es krim tersebut. "Totalnya jadi Rp14.000,00, Bunda," balasnya. Ah, pas banget gue cuma punya selembar sepuluh ribuan buluk dan seraup gopekan. 

Caramel Popcorn McFlurry namanya, varian McFlurry terbaru keluaran McDonald di mana soft vanilla ice cream-nya dihias dengan taburan popcorn karamel dan (seharusnya) saus karamel. Gue udah mewanti-wanti diri gue untuk nggak berharap terlalu banyak dengan tampilan es krim tersebut karena yang udah-udah pasti beda dengan apa yang diiklankan, tapi gue udah terlanjur berekspektasi tinggi dan akhirnya kecewa.


Sama sekali nggak menarik, hanya es krim yang ditaburi beberapa buah popcorn karamel. Sekian. Saus karamelnya pun nggak ada. Konsumen kecewa. 

Rasanya nggak terlalu istimewa, meskipun memang gue merasa bahwa ada rasa karamel itu sendiri di dalam es krim vanilanya. Mungkin sebagai pengganti saus karamelnya, kali, ya? Popcorn karamelnya juga nggak ada istimewanya. Rasanya, ya, sebagaimana rasa popcorn karamel seharusnya dan, menurut gue, ada sedikit rasa apek yang memberi kesan seperti popcorn karamel yang biasa bisa kita beli di bioskop. 

Lain kali, gue akan jajan McFlurry Oreo aja. 


Wednesday, June 14, 2017

Mie Goreng Pedas Garuk

Akhirnya, cita-cita gue dan Dheo untuk mencicipi mie goreng pedas ala Mie Abang Adek terwujudkan. Setelah beberapa kali hanya kepingin-kepingin doang dan nggak jadi-jadi, akhirnya kemarin kami melepas predikat kami sebagai "Perawan Mie Abang Adek" dengan memesan satu porsi mie goreng dengan tingkat kepedasan nomor tiga, yaitu Mie Goreng Pedas Garuk. Asal kalian tau aja, si Bapak menggunakan 50 buah cabai untuk membuat makanan maut yang satu itu. Serius, 50 buah. Ngeri, kan?


Awalnya, gue mau cari aman saja dengan memesan mie goreng dengan tingkat kepedasan paling rendah. Tapi kemudian, tengah gue memesan ke si Bapak, omongan gue terpotong oleh, "Dih, apaan dah, cemen banget! Aku aja cabenya 50!". Jadi lah gue ikutan memesan satu porsi mie goreng dengan tingkatan pedas nomor tiga, di mana tingkat keduanya si Bapak menggunakan 75 buah cabai dan di tingkat pertamanya menggunakan 100 buah cabai. "Yak, di sebelah sana ada kamera, silahkan lambaikan tangan anda jika tidak kuat!".

Nggak lama kemudian, pesanan kami disajikan. Mie kami berdua sama, hanya hiasannya aja yang beda: gue dengan telur ceplok, sementara Dheo dengan kornet goreng kering. Tampang kedua mie goreng kami tampak sama-sama menyiksa. Baunya pahit. Warnanya jingga terang dengan sedikit merah di sana-sini dari kulit cabainya. Di setiap untaian mie bersembunyi setidaknya beberapa butir biji cabai yang seolah-oleh mengejek gue, "Ah, elu sesuap doang juga nggak bakal tahan, tong.".



Satu suap, gue langsung tumbang. Gue nggak bisa membuat diri gue menyuap satu suap lagi untuk waktu yang lumayan lama karena gue sedang sibuk berperang melawan rasa pahit dan sakit yang ada di mulut gue. Sementara itu, Dheo udah masuk suapan ketiga.

Gue kira pedasnya nggak bakal jauh-jauh dari pedasnya Buldak Bokkum Myeun produksi Samyang, jadi gue pede-pede aja. Eh, ternyata, jauh sejauh jauhnya jauh dari ekspektasi gue. Saking pedasnya itu mie goreng, gue sampai benar-benar nggak ngerasain apapun selain pahit dan sakit! Gue hanya tahan dua suap. Bahkan telur ceploknya pun nggak gue makan. Disaat perut gue mulai panas dan melilit, Dheo masih sibuk dengan suapan-suapan terakhirnya sebelum dia pun ikutan nyerah.


Mie Abang Adek
Bea.Box Container Food Court
Jl. Caman Raya, No. 32
Jatibening, Bekasi

Opening Hours:
Monday - Sunday: 11AM - 1AM

Sunday, June 11, 2017

Team Muffin or Team Burger?

I'm not a big fan of McDonald's selection of breakfast menu other than its' Hotcakes. Sure, I do enjoy its' breakfast muffins, with the sausage patty and Cheddar Cheese sandwiched between the crumble English muffins, but they're just not as good as its' plain Cheeseburger. Do you get me? 


Ayam Penyet Surabaya

Senin kemarin, sepulang dari gue menjalani Psychotest di Garuda City Center, Cengkareng, gue bersama beberapa teman Penerbang 66 mampir dulu ke sebuah tempat makan di daerah M1 untuk berbuka puasa. Seperti ekspektasi gue, tempat makan dengan nama Ayam Penyet Surabaya itu banjir warga yang berlomba-lomba memanggil para pelayan yang kewalahan, untuk memesan menu berbuka mereka. Tanpa pikir panjang, saat Anggita menawarkan untuk memesan, gue langsung tembak Ayam Bakar bagian paha atas dan segelas Es Jeruk untuk Dheo, dan Ayam Kremes bagian dada dan Es Teh Manis untuk diri gue sendiri. 

Gue, Anggita, dan Ambar memutuskan untuk memisahkan diri menempati meja yang tersedia di area luar tempat makan tersebut karena situasi dan kondisi yang memaksa kami untuk tidak bergabung dengan para cowok yang tengah duduk lesehan di area dalam: lipatan lemak. Demi apapun, gue nggak sanggup kalau harus disuruh menahan perut gue untuk tidak ambyar selagi gue lesehan. Jadilah kami menempati salah satu meja yang baru saja ditinggalkan salah seorang konsumen yang makan ayamnya berantakan kayak ayam beneran. 


Nggak lama untuk pesanan kami tiba. Anggita dan Ambar pun memesan Ayam Kremes dengan bagian yang berbeda dengan gue, dua gelas teh manis, dan seporsi Cah Kangkung untuk menemani nasi dan lauk. 

Ayam Kremes kami datang dalam piring rotan beralaskan kertas minyak, yang diisi dengan porsi nasi putih hangat yang cukup, sepotong terong goreng, daun lalapan, tahu goreng, tempe orek, kremes ayam, ayamnya sendiri, dan sambel yang pedas dan nendang banget bawangnya. Cukup meriah untuk makanan seharga Rp24.000,00. 

Gue senang banget dengan ayamnya yang digoreng matang sampai kering. Karena gue bukan pemakan ayam yang bersih, kadang gue risih semisal ayam goreng yang gue makan itu masih basah, atau berminyak, atau dalam kondisi apapun yang membuat ayam tersebut kelihatan nggak kering sampai ke dalam-dalam. Nggak bakal gue bersihin sampai tulang-tulangnya. Tapi, ayam kremes ala Ayam Penyet Surabaya ini berhasil gue makan sampai hampir bersih. 


Selain kremesan ayamnya yang gurih dan agak terlalu asin di lidah gue, sambalnya pun kaya banget akan rasa. Rasa bawangnya nendang banget, belum lagi selipan remahan kemirinya. Dipadukan dengan tumpahan Kecap Bango membuat makan malam gue hari itu makin nikmat. 


Ayam Penyet Surabaya
Jl. Surya Dharma, M1
Tangerang, Banten

Saturday, June 3, 2017

Cerita Hari Ini

Hari ini dimulai ketika hp gue menjeritkan nada dering tanda telfon masuk dari aplikasi LINE. Otomatis, dengan pembawaan gue yang nggak terimaan, gue mengambil hp untuk melihat siapa yang bikin kepala gue pusing pagi-pagi buta begini. "Anggita" begitu tulisannya di layar yang terangnya bikin mata gue serasa mau copot, dan itu belum ada jam 4 pagi. Hampir kesel karena nada deringnya berisik dan mengganggu tidur gue, tapi kemudian gue inget bahwa dua jam sebelumnya gue sengaja ngasih pr ke Anggita untuk bangunin gue jam 4 karena gue ada tes penerimaan pilot Garuda Indonesia hari ini. Oke, nggak jadi marah.

Susah banget kayaknya buat melek jam segitu, padahal biasanya main DOTA sampai matahari terbit pun sanggup. Kemudian gue paksa badan gue untuk beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk memulai pekerjaan rumah lebih pagi daripada biasanya. Nggak sampai lima belas menit dan semuanya sudah beres. Baru saja gue mau rebus air utuk nyeduh teh, ada lagi telfon masuk. Kali ini tulisannya "Ambar", yang kemudian gue sambut dengan, "Halo, Mbar, gue udah bangun." dan dibalas dengan suara parau yang, setangkepnya gue, membuat suara, "Hm-mh!"

Nggak lupa, setelah menjawab telfon dari Ambar, gue mengirim pesan ke salah satu sahabat gue sedari SMP yang pun gue titipin pr untuk bangunin gue jam 4 pagi. "Vel, gue udah bangun, ya," tulis gue di LINE, yang dia balas dengan, "wkwkwkwk". Sampai sekarang, gue nggak tau bunyi dari "wkwkwk" itu seperti apa. Di pikiran gue pasti, "wek wek wek" macem bebek ketawa.

Sarapan gue pagi ini adalah segelas teh hijau panas dan satu bungkus Antangin cair. Tadinya mau nyiapin bekal sembari ngerebus air panas untuk mandi, tapi kemudian ada telfon masuk yang nggak disangka-sangka. "Kamu udah bangun belum," bentak suaranya dari seberang telfon. "Udah bangun, kok, ini aku lagi mau mandi," balas gue dengan nada melas. "Hm, ya udah," katanya lagi sebelum sambungannya terputus. Kaget pagi-pagi udah harus berhadapan dengan nada tinggi, tapi ada senengnya juga dapet kejutan wake-up call dari pacar. Terus, abis itu, lupa mau nyiapin bekal. Padahal Ibu gue udah nyiapin muffin bikinannya, sengaja buat gue makan pagi ini. Seharusnya.. 

Nggak butuh waktu lama untuk gue mandi dan memakai seragam untuk tes hari ini, cukup 20 menit saja. Nggak lama dari selesai gue mandi, pacar gue pun datang menjemput. "Aku udah di depan rumah," katanya di telfon. Belum pernah kayaknya gue buka pager sesemangat, dan setersipu malu, pagi ini. Ya, habisnya, siapa yang nggak bakal excited untuk ketemu pacar lo setelah ditinggal keluar kota selama 40 hari lamanya? Dan karena terbatasnya komunikasi oleh kesibukan masing-masing pula yang membuat tingkat semangat gue makin meletup-letup. Buka pager rumah aja udah kayak lagi ngikutin PO berdarahnya penulis favorit gue, Ika Natassa. 

Berangkat lah kami ke daerah Duri Kosambi, tempat di mana tes penerimaan pilot Garuda Indonesia hari ini dilaksanakan. Singkat cerita, tes hari ini bener-bener bikin otak gue membengkak dua kali lipat ukuran normalnya. Gue pun merasa berat badan gue berkurang drastis saking getolnya nyari arah dan besar kecepatan angin berhembus semisal suatu pesawat dengan heading 120º, TAS 80 Knots, menempuh jarak dari titik A ke titik B yang jauhnya 315Nm dalam waktu 3,5 jam. Kurang greget apa gue? Oh iya, Anggita dan Ambar pun ikut tes hari ini, tapi jadwal tes mereka lebih dulu daripada gue. 

Dheo, yang jadwal tesnya barengan dengan Anggita dan Ambar, tengah sibuk dengan Mobile Legendnya saat gue kembali ke mobil setelah menyelesaikan Aeronautical Test hari ini. "Beb, puyeng," jerit gue. Untuk beberapa saat kemudian, sembari menyetir kembali ke Bekasi, kami membahas soal demi soal yang kami, anggap, jawab dengan benar. Dari Hukum Newton, ke perhitungan Magnetic North dan True North, sampai pembacaan tingkat kepadatan awan dalam oktas pun kami bahas. Dari 100 soal, gue pede dengan 70 soal yang menurut gue gue jawab dengan benar, dan dia pede dengan jumlah yang sama dikurang sepuluh. Tinggal nunggu hasil, deh, bakal lolos ke tahap selanjutnya atau nggak. Wallahu A'lam. 

Sebelum masuk ke komplek perumahan gue, kami mampir ke salah satu cabang PHD di daerah Caman dan memesan Double Box Pizza. Dheo memilih Cheesy Galore Pizza dengan pinggiran Cheesy Bites, sementara gue berpegang teguh dengan pizza andalan gue, Meaty Pizza. Nothing can go wrong with pizza that has meat and cheese on it. Padahal gue pingin yang Hawaiian Pizza, tapi Dheo nggak doyan nanas. 

Baunya harum banget, bener-bener bikin ngiler, gue sampai lupa untuk foto. Tapi, gue juga lagi dalam posisi kelaparan banget karena belum makan apa-apa dari subuh dan malah ngebabat magh gue dengan Coca Cola. Pinter, ya? 

Kami menghabiskan seluruh siang sampai malam kami nggak jauh-jauh dari DOTA, pizza, dan film. Sayangnya, karena laptopnya cuma satu, alhasil gue menyibukkan diri menghias tembok kamar gue dengan lukisan-lukisan random yang terlintas di pikiran gue, sementara pacar gue sibuk gonta-ganti skill untuk ngebunuh hero lawan. Di match pertama, dia pakai Invoker. Kebayang dong rumitnya kayak gimana itu jari buat nge-skill dari Sun Strike, ke Tornado, ke Ghost Walk, dan kemudian diakhiri dengan Chaos Meteor. Sayangnya kalah, tapi nggak apa-apa. Untuk hitungan dia yang baru lepas hiatus, untuk bisa mainin Invoker waras aja udah menakjubkan buat gue. 

Dua pizza ukuran reguler, dengan delapan potongan masing-masing pizzanya, berhasil kami habiskan berdua. Kebayang nggak, sih, betapa rakusnya kami? Belum lagi, karena perut gue masih ngerasa nggak enak, gue babat pula Soto Betawi bikinan Ibu gue yang masih ada sepanci di kulkas. Enak banget, gurih dan kaya akan rasa! Apalagi ditemenin emping dan sambil streaming film the Fate of the Furious. Wuih, sedaaap! 


Thursday, June 1, 2017

Kelunturan Buah Naga

Sekarang gue udah nggak usah susah-susah lagi ke Kuningan hanya demi makan Rolly's Thai Ice Cream karena es krim gulung yang satu ini buka cabang di Summarecon Mall Bekasi, woohoo!

Kemarin gue pakai kombinasi yogurt dengan stroberi, kiwi, dan buah naga merah sebagai campurannya. Nggak biasanya gue bakal milih yogurt ketimbang es krim, tapi siang itu kayaknya seger banget kalau makan yang manis manis kecut.


"Yang mana yang mau dijadiin topping, Kak" tanya Mbaknya. Karena gue lagi males mikir, jadi aja semua buah-buahan yang gue pilih dicampur ke dalam yogurt. Gue selalu senang melihat proses pembuatan es krim gulung ini, apalagi saat topping-nya di bejek-bejek. Pardon my poor choice of words. Dan, seketika, yogurt yang tadinya berwarna putih berubah menjadi warna soft magenta gara-gara kelunturan buah naga merah. 



Rolly's Thai Roll Ice Cream
Summarecon Mall Bekasi
Jl. Ahmad Yani, Bekasi Utara

Opening Hours:
Monday - Sunday: 10AM - 10PM

Mom's Breakfast Buns

It was around 7 in the morning, just as the sun ray peeked through the window, when I accidentally woke up from my slumber. I was planning on having three more hours of sleep, but a deal is a deal: the moment I wake up, I am not going to put myself to sleep again.


My eyes were still half closed, my voice was rough, and I couldn't even walk properly. Mom was surprised by the fact that I woke up THAT early. She is used with having me waking up an hour past mid noon. "Lho, kok tumben jam segini udah bangun," she said, "mau ke mana?" which then I replied with a, "Mau sarapan yang enak, Tie." 

So, Mom made me these light and savory breakfast buns. Using the leftover burger buns from the fridge, that were about to expire, she toasted them and topped them with bacon, scrambled eggs, and melted cheese. Boy, it was a sight that made my eyes popped in the early morning.

I finished three buns and they were awesome! But, I do think they were missing a cherry on top: a nice drizzle of sweet and sticky maple syrup.