Tuesday, December 27, 2016

Thai Street's Mango Sticky Rice

A few days ago, I finally reunited with my Junior High besties. They go by the name Icha and Dila. The three of us went to Grand Metropolitan Mall to enjoy a new released movie, Rogue One: A Star Wars Story - the movie itself was very enjoyable to watch, despite the fact that I'm not a fan of star wars and that I had difficulties determining who is on which side.

We had lunch at Red Suki, but I didn't take any pictures as we were too busy enjoying ourselves and catching up with each other, so there will not be any blog post about the amazing deep fried shrimp I had at the Japanese retaurant. But, me and Dila stopped by at this Thailand restaurant named Thai Street while we were waiting for Icha to finish her gym session. We were looking for a hangout spot as we wait, and we happen to crossed the restaurant. Dila had never tasted Thailand food before, so I just had to grab her arm and pull her to the colorful dining shack.


Dila was very hesitant towards the dessert that I ordered, which is the Mango Sticky Rice. She had her doubt about how mango would go well with sticky rice topped with coconut milk and sprinkles of sesame seed. I personally like it better if it were drizzled by fried mung bean though.

The presentation of the dessert was simple, colorful, and very appealing. It looked similar to the Mango Sticky Rice that I had during my short vacation to Thailand, which was nice. Unfortunately, they didn't have any Thailand mangoes so they used a local mango named harum manis mango instead.



I have to say, even though the dessert taste different than the authentic one in Thailand, it had this Thailand kick in its' bite. Different taste of coconut milk, even though it was nicely sweet and savory at the same time. Similar tasting in terms of sticky rice, both in its' chewy texture and its' sweet aftertaste. As for the mango, it went well with the sticky rice and the coconut milk despite the fact that it is not a Thailand mango.

Turned out, Dila gave the dessert an approve. It may not be her favorite Thailand dish, as it was her first time having Thailand cuisine ever, but it was okay for her. She ended up finishing the mango.  

Sunday, December 18, 2016

His First Ragusa

"Seriusan kamu belum pernah ke Ragusa," tanya gue nggak terima, yang kemudian dibales dengan gelengan singkat. "Coba kamu liat sekitar," katanya, "di sini isinya tuh orang-orang kayak kamu semua. Nggak ada orang macem aku yang jajan di sini kecuali aku."

Oh, mungkin yang dia maksud mengenai gue adalah bahwa gue adalah tipikal cewek doyan makan yang kerjanya kulineran, kudu banget memesan semua menu yang ada di Ragusa Es Italia, sebelum makan harus foto-foto dulu buat stok Instagram dan blog, dan njegok ketika ada orang yang berani menyentuh es krim yang belum difoto. Oke, itu gue bisa terima. Tapi, sore itu, Ragusa penuh dengan oom-oom dan tante-tante paruh baya tengah mengobrolkan sesuatu, entah apa, sambil sesekali menyeruput es krim yang sedari tadi ditinggal ngobrol sampai leleh.

Terus, gue oom-oom, gitu?


Kemarin adalah kali pertamanya Dheo ke Ragusa Es Italia. Seperti biasa, gue salah ngasih tunjuk jalan. Yang harusnya belok kanan ke Jalan Veteran 3 dan kemudian belok kiri tembus Jalan Veteran 1, gue malah nyuruh Dheo puter balik dan akhirnya kami dapat satu lap mengelilingi Monas. Sip, terima kasih.

Tipikal Dheo pada umumnya, dia bingung. Bingung mau pesan makanan apa, bingung mau pesan minum apa, bingung mau bakar rokok tapi ternyata ada tanda "Dilarang Merokok" - meskipun tempat jajan tersebut menggunakan sistem au naturel dalam sistem aliran udaranya, alias tempat duduk indoor tapi nggak pakai Air Conditioner, dan bingung harus apa di tempat jajan es krim jadul ini. "Udah, di sini cuma buat makan es krim doang, gitu," tanyanya. Gue hanya tinggal nengok ke dia sambil ngangguk-ngangguk bahagia, dan dia pun nurut. "Hah, tipikal kamu banget, sih."

Sembari bulak-balik membaca menu yang pilihan makanan dan minumannya sedari dulu nggak berubah-berubah, sekarang dia kebingungan mau pesan es krim apa. "Kamu pesan apa," tanyanya. Ternyata dia udah menebak-nebak dalam hati es krim mana yang bakal gue pesan, karena ketika gue menjawab "Banana Split" sontak wajahnya mencemooh. "Kamu banget.".


Sempat gue saranin untuk memesan Cassata Siciliana dan Spaghetti Ice Cream, tapi dua-duanya ditolak mentah-mentah. Mungkin karena namanya yang aneh, makanya dia nggak mau. Bahkan saat gue tawarin untuk tukeran menu, dia makan punya gue yang Banana Split dan gue memesan es krim baru, pun dia nggak mau. Hmm, dia nggak suka yang aneh-aneh kali ya, pikir gue. Akhirnya gue tawarin Chocolate Sundae dan dia nurut mau.

Banana Split adalah menu paling enak dan menu favorit gue di Ragusa Es Italia. Isinya bukan cuma es krim doang, tapi ada potongan pisang, saus coklat, taburan kacang, dan potongan buah keringnya. Varian rasa es krimnya pun beragam dalam satu mangkuk, yaitu coklat, vanila, dan stroberi. Agak mirip dengan Spaghetti Ice Cream, tapi lebih meriah dan lebih banyak kombinasi rasa.

Chocolate Sundae punya Dheo juga enak, tapi masih kalah meriah dibanding Banana Split gue. Presentasinya sederhana dan nggak neko-neko, cukup es krim coklat pekat dengan saus coklat dan taburan kacangnya di atasnya.


Nggak lama setelah es krim kami habis, gue dan Dheo melanjutkan perjalanan ke Lenggang Jakarta, yang letaknya nggak jauh dari Ragusa Es Italia. Harusnya, hanya lima menit perjalanan kok dari tempat jajan es krim Italia tersebut. Sayangnya, lagi-lagi gue harus salah nunjukin arah. Sip.


Ragusa Es Italia
Jalan Veteran 1, No. 10
Jakarta Pusat

Tuesday, December 13, 2016

Malam Syukuran Kilo Satu

Three more days until graduation day, woohoo! Gue udah siap banget untuk segera keluar dari tempat ini. Tiga tahun dan delapan bulan lamanya gue ditempa dari segala arah dan, akhirnya, hari kelulusan ada di depan mata. Sebentar lagi gue bisa bebas; bebas dari segala apel malam, bebas dari kewajiban untuk berambut bondol, bebas dari perintah untuk berdiri rapi dalam barisan, bebas dari segalanya! Goodbye, rules. Hello, unemployment!


Kemarin malam, kami bertiga mengadakan syukuran kecil-kecilan di barak bareng junior tingkat satu, perwakilan junior tingkat tiga, dan adik-adik asuh penerbang. Acaranya singkat banget karena kami nggak dapet izin dari pembina untuk acara syukuran ini sendiri dan terbatas waktu apel malam, tapi untungnya semua berjalan dengan lancar dan meriah. Meriah banget malah. Saking meriahnya, gue dan Anggita sampai dipanggil sama salah satu pembina taruni ke Kantor Taruna Jaga dan seru-seruan juga bareng pembinanya.

Nah, untuk acaranya sendiri kayak apa, kalian bisa tonton vlog yang akan gue lampirkan di bawah, karena gue mau memfokuskan postingan ini untuk Tumpeng yang menjadi santapan utama dalam acara syukuran gue kemarin. 


Yak, Tumpeng! Tumpeng paling cantik dan teralig yang pernah gue pesan, karena baru sekali ini gue memesan Tumpeng dan bukan buat sendiri bareng Ibu gue. Tumpengnya gue pesan di Bude gue karena, kebetulan, Bude gue buka usaha katering dan masakannya luar biasa enak. 

Presentasi Tumpengnya cantik banget, nggak sekedar hanya dibentuk kerucut, tapi disusun rapi seperti menara. Lauknya melimpah dan sedap banget di mata, hiasan bentuk bunga yang terbuat dari cabai, tomat, dan timunnya pun cantik, nggak lupa juga kombinasi menarik dari daun seledri dan tomat cherry. 

Tumpengnya bisa dibilang Tumpeng modern karena selain ada lauk-lauk traditional, macem tempe manis orek, potongan telur dadar, perkedel, dan sambal goreng hati, ada juga lauk-lauk kekinian, seperti Chicken Drumstick dan Chicken Fillet. 

Nasi Kuningnya sendiripun enak, teksturnya nggak terlalu keras dan nggak terlalu lengket, cocok disantap dengan masing-masing lauk yang ada. Lauk yang paling gue suka adalah orek tempe manis dan Chicken Fillet, yang sesekali gue comot dari Tumpengnya langsung dan gue cemilin tanpa nasi. Ambar paling doyan sama orek tempe manisnya, sama kayak gue, sedangkan Anggita paling suka sama sambal goreng ati. 


Meskipun singkat, rusuh, dan meriah, acaranya sukses berat. Tadinya gue takut Tumpengnya nggak cukup untuk 60 taruni kelaparan, tapi ternyata cukup dan bahkan ada sisa nasi kuning yang bisa gue jadiin sarapan dan makan siang untuk hari besoknya. Pesanan Nasi Ayam Bakar dari Restoran 72, restoran langganan taruna taruni STPI yang letaknya hanya sejauh panggilan telfon, pun habis kami santap. A good time and good food well spent. 

Thursday, December 8, 2016

Kerak Telur ala Kebun Binatang Ragunan

Gue nggak begitu doyan dengan makanan tradisional khas Betawi yang satu ini, murni karena rasanya yang menurut gue bisa dibilang hambar dan teksturnya yang selalu membuat gue gagal paham, sampai suatu ketika gue menemukan makanan berbasis telur dan beras ketan tersebut di Kebun Binatang Ragunan.


Waktu itu, gue lagi jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan bareng teman-teman barak gue, Anggita dan Ambar. Setelah kaki serasa mau copot karena harus terus-terusan ngegoes sepeda tandem yang gue sewa seharga Rp15.000,00 perjamnya, gue memutuskan untuk mencari kunyahan. Jajanan di kebun binatang ini cukup banyak dan gampang dicari, sayangnya nggak banyak pilihannya. Dari semua gorengan, nasi uduk, dan es krim yang dijual dengan harga yang kurang manusiawi, akhirnya pilihan gue jatuh pada Kerak Telur. 

Seumur hidup gue memesan Kerak Telur, nggak pernah gue inisiatif bilang ke penjualnya untuk dibikin tipis. Kayaknya enak nih kalau dibikin tipis kering, pikir gue. Akhirnya gue pesanlah ke mbaknya untuk dibikin ketebalannya menyerupai martabak manis andalan gue. 


Kira-kira sepuluh menit gue sibuk ngerekam dan mengambil gambar si Mbak, yang dengan cekatan mencampur segenggam beras ketan dan dua butir telur bebek, yang kemudian dituangkan dan diratakan di penggorengan. Sembari menunggu pesanan gue matang, kami bertiga ngobrol-ngobrol banyak dengan si Mbak yang ternyata suka menjual dagangannya di Jakarta Fair. 

Nggak lama, Kerak Telur tipis kering gue pun jadi. Si Mbak kemudian menaburkan potongan bawang goreng dan serundeng diatasnya, dan menyuguhkannya pada kami bertiga. Bener-bener tipis kering, gue pikir. Gue sobek sedikit dari jajanan tradisional seharga Rp20.000,00 itu, lalu kemudian gue santap. "Ih," ucap gue agak lantang, "kok enak!". 

Belum pernah gue menyantap Kerak Telur yang renyah, gurih, dan manis seperti yang satu ini. Mungkin efek tipis keringnya memberikan tekstur yang bertolak belakang dari Kerak Telur yang biasa gue pesan sebelum-sebelumnya, sehingga gue doyan dan nggak bisa berhenti makan. Teksturnya sekarang jelas, kering dan renyah, nggak bikin gue gagal paham seperti tekstur Kerak Telur yang luarnya kering dan dalamnya lembab-lembab basah nyerepet belum matang pada umumnya. Taburan serundeng dan bawang gorengnya pun nggak pelit, otomatis membuat makanan tradisional khas Betawi ini semakin enak untuk disantap. 

Hampir gue tergoda untuk memesan seporsi lagi! Untungnya gue diingetin bahwa, setelah dari sini, destinasi kuliner selanjutnya adalah Ketoprak Ciragil dan Bubur Kwang Tung. Nggak jadi nambah, deh. 


Friday, December 2, 2016

Hello, 22.

I don't plan to write out an emotional post, especially when its' a Food & Travel blog. But, I do have to say that I am thankful that I turned 22.

It was not the best and most memorable birthday I have ever gone through. I personally think that birthdays should be festive, fun, surprising, and special. And, yet, I didn't have any of that during this year's birthday. It got to the point where it hit rockbottom and I couldn't help but to fake smile and wish that the day would end soon, hence the reason why I slept for almost twelve hours straight during the day even though that it was school day. 

But, despite all that, I am thankful.. 

I am thankful for the fact that I didn't have to go through the transition of November 22nd to November 23rd alone, followed by your video call and the adorable, "I'm sorry I don't have any cake or birthday present," whilst lighting a fire from a lighter and told me to make a wish. Nothing beats the simplicity of a loved one remembering your birthday. 

I am thankful for the effort of a close friend to send me a birthday greeting with a picture of me sleeping and her hand holding out a note with "HBD UNA" written on it. Despite her tight schedule, she managed to slip in a minute to wish me a happy birthday and a prosperous years ahead. 

I am thankful the birthday salutation from my juniors and the last minute birthday cake and surprises. I was overwhelmed I stopped my Crystal Maiden from hitting all the creeps that can get me coins to buy me Black King Bar. I ended up losing the match, but nothing beats Jamrud's Selamat Ulang Tahun being sang to you on your birthday. Oh, and did I mention cake? A very creative cake, I have to say!

Thank, you. :)