Monday, October 15, 2018

Twins Fried Chicken

Twins Fried Chicken telah membuka cabang pertamanya di foodcourt Menara Thamrin pada tanggal 3 Oktober yang lalu. Beruntung, gue diundang Mbak Sinta (salah satu pekerja di Twins Fried Chicken) untuk mencoba ayam gorengnya, yang kemudian akan gue ulas. Gue pun diperbolehkan untuk membawa seorang teman, oleh karena itu gue mengundang Anggita: indra perasa nomor dua gue (nomor satunya Ibu gue). 

Terletak di pojok dalam foodcourt, Twins Fried Chicken harus bersaing dengan kios-kios lain yang juga menjual makanan. Untungnya, hanya TFC saja yang mempunyai konsep ayam goreng siap saji, sehingga tidak ada saingan secara langsung. 




“Kami baru buka bulan Oktober ini, Kak,” jelas Mbak Sinta, “jadi belum ada cabang lain dari Twins Fried Chicken selain di sini.”. Mbak Shinta juga kemudian menjelaskan mengenai pilihan makanan yang mereka sajikan di kiosnya dengan sangat sabar dan atentif. Lalu gue menanyakan satu hal yang dari tadi membuat gue penasaran, yaitu simbol dari Twins Fried Chicken yang adalah dua gadis berpakaian baju tradisional dari Jepang dengan tulisan tahun “2005” di bawahnya. “Jadi, yang punya Twins Fried Chicken ini punya dua anak perempuan kembar dan mereka lahir di tahun 2005,” jelas Mbak Sinta. A family-oriented person, I see. 

Menunya ditulis di sebuah papan hitam menggunakan kapur berwarna. Awalnya gue sangat malas membacanya karena gue udah pusing duluan karena melihat warna-warna yang beragam dalam satu area, tapi akhirnya berhasil setelah gue paksa diri gue untuk memfokuskan pandangan. 

Gue bikin hitam putih supaya kalian nggak pusing karena terlalu warna-warni.

Ada 4 tahap yang bisa mempermudah kalian untuk menentukan pesanan apa yang kalian mau dari Twins Fried Chicken:

  1. Pilih Ukuran Makanan
Ukuran penyajian makanan di Twins Fried Chicken terbagi menjadi tiga, yaitu Single Fried Chicken (Rp15.000,00), Twins Fried Chicken (Rp28.000,00), dan Twins Fried Chicken with Rice (Rp28.000,00). Gue nggak ngerti kenapa ukuran yang kedua dan yang ketiga mempunyai harga yang sama, padahal sudah jelas lebih menguntungkan kalau pakai nasi. 

  1. Pilih Bumbu dan Tingkat Kepedasan
Sebenarnya bumbunya ada tiga macam saja, yaitu Chilli, Garlic Salt, dan Matcha. Hanya saja, bumbu Chilli tersebut mempunyai empat tingkat kepedasan, dari Level 1, Level 5, Level 10, dan Level 15. Untungnya di sini mereka menggunakan bubuk cabai, dan bukan cabai asli. Kalau cabai asli, sih, bibir gue keburu nyonyor duluan di gigitan pertama. 

  1. Pilih Saus
Kalian bisa pilih satu dari tiga saus ini untuk menemani ayam berbalut bumbu kalian. Pilihannya terdiri dari Honeymustard (my favorite sauce of all time, yay!), Barbeque, dan Salted Egg. 

  1. Pilih Minuman
Sebenarnya minuman tidak termasuk dari paket makanan Twins Fried Chicken, karena kalian tetap harus membayar beberapa lembar ribuan lagi untuk satu botol air mineral (Rp5.000,00) dan satu botol es teh manis (Rp8.000,00). 


Karena kemarin adalah hari perdana pembukaan Twins Fried Chicken, gue memutuskan untuk mencoba beberapa variasi dari bumbu-bumbu dan saus-saus tersebut agar gue bisa membuka jalan untuk kalian menikmati ayam goreng yang hanya berlokasi di Menara Thamrin ini secara optimal 

Pertama, kita bahas ayam gorengnya dulu, ya! Nah, bentuk dari ayam gorengnya sendiri itu nggak beda jauh dengan chicken popcorn, atau chicken pok pok, atau gampangnya chicken nugget berbentuk tatter tots. Pada intinya bentuknya kecil-kecil seukuran ibu jari, sehingga mudah untuk disantap dan memberikan visualisasi yang memuaskan - karena satu porsi Single Fried Chicken itu nggak terlalu banyak, tapi karena bentuknya kecil-kecil jadi terlihat berlimpah. 


Kulitnya sangat renyah dan dagin di dalamnya cukup empuk. Ayam yang digunakan adalah ayam asli, bukan ayam olahan seperti chicken nugget di McDonald, karena ada tekstur suwiran dagingnya ketika gue gigit. Hati-hati, buat kalian yang sedang diet. Nikmatnya nyemilin potongan ayam kecil-kecil yang digoreng sampai garing ini nggak ketulungan. Bisa jadi kalian akhirnya merasa kenyang, tapi di porsi keempat. 

Mengenai rasa, ada satu rasa yang ketara sekali di lidah gue dan Anggita, yaitu rasa jahe. Pedas dan hangatnya nggak terlalu terasa, tapi kami berdua yakin itu adalah rasa jahe. Mungkin itu cita rasa khas dari Twins Fried Chicken. Nggak terlalu mengganggu, kok, meskipun gue nggak suka jahe. Tapi, tetap saja terasa kuat. 

Dari berbagai macam bumbu dan saus yang disajikan di Twins Fried Chicken, gue dan Anggita memutuskan untuk memilih empat macam bumbu saja, yaitu Chilli Level 1, Chilli Level 15, Garlic Salt, dan Matcha, dan semua ketiga saus yang ada. Alasan kami memilih untuk mencoba bumbu pedas dengan tingkat yang paling rendah dan tingkat yang paling tinggi adalah agar orang-orang bisa mengira-ngira tingkat kepedasan yang mereka mau. Kebetulan Anggita kuat pedas, sedangkan gue tidak kuat. Kalau gue berhasil mencicipi bumbu pedas yang paling pedas, berarti bumbu tersebut sebenarnya tidak pedas. Kalau Anggita sampai nangis mencicipi bumbu pedas yang paling pedas, berarti orang-orang seperti gue terancam akan menyibukkan diri di kamar mandi keesokan harinya. 

Ayam Twins Fried Chicken yang sudah digoreng kemudian akan dimasukkan ke dalam kantung kertas, lalu bumbu akan ditaburkan di dalamnya, dan ayam akan dikocok-kocok di dalam kantung tersebut sampai bumbunya menempel dengan baik. Konsepnya sama seperti Shilin. Lalu, saus akan dituangkan juga ke dalam kantung kertas itu, kemudian kalian akan diberikan tusuk sate untuk menyantap makanan kalian. Karena menurut gue bumbu dan saus yang dicampur bisa merusak rasa asli dari kedua elemen tersebut, gue meminta Mbak Shinta untuk menyajikan ayam dengan bumbunya dulu, dengan saus yang dipisah agar gue dan Anggita bisa mencicipi masing-masing rasa.

Kalian masih di sini, kan? Ini, lah, saatnya untuk membedah rasa!

  1. Seasoning Level 1 (paling tidak pedas)
Pedasnya sangat sedikit, lebih ada rasa pahit dari yang gue asumsikan adalah bubuk lada. Asinnya cukup, gurihnya cukup, dan nggak terlalu berasa seperti metsin. Sangat cocok untuk kalian yang nggak kuat sama sekali dengan pedas, tapi dalam diri penasaran ingin icip-icip berhadiah keringat dan perut melilit.


  1. Seasoning Level 15 (paling pedas)
Anehnya, gue pun masih bisa menyantap ayam berbalut bumbu pedas tingkat 15 ini dengan santai. Pedasnya lebih terasa dibandingkan dengan Seasoning Level 1, tapi nggak membuat gue kepedasan. Beberapa kali sempat batuk karena rasa pedas pahit yang agak membuat kerongkongan gue kaget. Sedikit berkeringat, sih, setelah beberapa potong, tapi tetap bisa dinikmati.


  1. Garlic Salt
Ini adalah bumbu yang paling gue suka! Rasa bawangnya manis dan gurih. Agak ada rasa asam, tapi rasa asam yang enak. Gurihnya benar-benar nendang! Sangat gue rekomendasikan untuk kalian yang hobi ngegadoin bumbu kering Indomie Goreng. Rasanya nggak mirip, tapi kenikmatan dari bumbu tersebut nggak bisa dibohongi. 


  1. Matcha
Bumbu ini nggak cocok sama sekali dipadukan dengan ayam. Terlebih lagi, rasa matcha di sini adalah matcha manis, bukan matcha pahit sebagaimana rasa matcha itu sendiri seharusnya. Memang, ada beberapa sajian ayam manis yang nikmat untuk disantap, seperti Ayam Goreng Kecap, Ayam Asam Manis, Ayam dengan Saus Sechuan, tapi bukan yang satu ini. Gue cukup tersiksa dengan bumbu yang satu ini. Kalian harus coba dulu sendiri untuk setuju, atau tidak setuju, dengan pendapat gue. 


Dari sini, semuanya akan menjadi lebih seru lagi dengan adanya saus. Kombinasi rasa!

Setelah gue dan Anggita berdebat selama beberapa menit, menentukan saus mana yang cocok digabungkan dengan bumbu yang mana, akhirnya kami mendapat kombinasi yang nikmat. Tapi sebelumnya, gue akan membahas dulu masing-masing rasa dari bumbu tersebut. 

Kiri ke Kanan: Saus Barbeque, Saus Honeymustard, Saus Salted Egg

  1. Saus Barbeque 
Nama saus ini agak rancu karena di papan menu tertulisnya “Saus Original”, sedangkan di menu selebarannya bertuliskan “Saus Barbeque”. Namun, setelah gue dan Anggita cicipi, saus ini terasa persis seperti saus tomat yang diaduk dengan air. Kalian ngerti, kan, rasa saus spaghetti La Fonte seperti apa? Nah, ini dia. Hanya saja ditambahkan air dan nggak pakai daging cincangnya. Gue nggak suka dengan manisnya saus ini, tapi cukup menghibur ketika dituangkan pada potongan daging ayam goreng. 

  1. Saus Honeymustard
Meskipun rasa saus ini nggak bisa dibandingkan dengan rasa saus yang Subway punya, tetap saja gue suka banget dengan kombinasi rasa manis yang seperti madu dan rasa pedas dari saus mustard. Teksturnya cukup kental namun halus, dan warnanya kuning seperti warna saus mustard itu sendiri. 

  1. Saus Salted Egg
Jangan! Jangan pakai saus ini. Menurut gue, saus ini nggak ada nikmatnya sama sekali. Teksturnya seperti kuning telur yang dihancurkan dengan blender, kemudian dicampurkan dengan air, diaduk-aduk sampai agak kental, kemudian baru disajikan. Rasanya amis dan berminyak, tidak ada rasa manisnnya sama sekali, dan tidak ada rasa creamy seperti saat kita menyantap telur asin. Ada rasa yang tertinggal di pangkal lidah setelah gue menelan saus tersebut dan itu sangat bau dan mengganggu. Anehnya, Anggita sangat menyukai saus yang satu ini. Sekali lagi, kalian harus coba sendiri untuk berpihak pada gue, atau Anggita. 

Kombinasi yang bumbu dan saus yang paling cocok, menurut gue dan Anggita, adalah:
  • Chilli Seasoning (level berapa aja) dengan Saus Barbeque
Manis dan pedas menjadi satu, dan semakin tinggi tingkat kepedasan bumbunya, semakin nikmat ayam goreng tersebut terasa. 


  • Garlic Salt Seasoning dengan Saus Honeymustard
Kombinasi dari surga! Rasa gurih dari bawang dan manis dari madu, bercampur dengan pedasnya mustard dan asin dari garam, membuat santapan yang satu ini mempunyai konsep rasa seperti permen Nano-nano: ramai rasanya! Gue berhasil menghabiskan satu porsi ayam goreng dengan kombinasi bumbu ini sendiri. 


  • Matcha Seasoning dengan Saus Salted Egg
Anggita lahap sekali menghabiskan ayam yang ditaburkan bumbu matcha dan saus salted egg ini. Dia benar-benar nggak berhenti. Bahkan dia menggabungkan ayam dengan bumbu lain pula dengan saus terkutuk ini. Yah, mungkin dia suka rasa itu. Tapi, gue nggak. 


Setelah kami selesai menyantap sajian ayam goreng dari Twins Fried Chicken. Kami melepas dahaga dengan air mineral dan es teh manis yang disajikan dalam botol berbentuk bohlam lampu yang sangat lucu. Kedua minuman ini disajikan dingin, sangat cocok dikonsumsi setelah makan besar karena rasanya yang benar-benar segar. 


Empat porsi Single Fried Chiken dengan berbagai macam bumbu itu berhasil membuat gue dan Anggita kenyang bego. Kami bahkan nggak sanggup untuk menghabisi semua, akhirnya kami membawa pulang satu kantung. 


Lapar nggak, sih, kalian setelah membaca ulasan gue mengenai Twins Fried Chicken? Gue, kok, rasanya agak lapar, ya. Untungnya, gue masih punya Indomie Kari Ayam dan beberapa potong Ayam Bumbu Kuning di freezer yang bisa gue hangatkan untuk makan malam hari ini. Kalian makan apa?


Twins Fried Chicken
Foodcourt Menara Thamrin
Ground Floor, Stall C6
Jl. M. H. Thamrin No. 3
RT002 RW001, Kebun Sirih 
Menteng Kota, Jakarta Pusat
Jakarta 10340

Opening Hours: 
MON - FRI: 10AM - 4PM
SAT: 10AM - 2PM

Contact:


P.S. I'm so sorry for the yellow photos. I didn't have any external lightings with me and the warm foodcourt's lighting made it worst. I tried my best in editing the saturation of the photos, but my photos only turned less yellow. I'm sorry! Do visit the stall itself to experience its' true colors. 

No comments:

Post a Comment