Udah hampir enam bulan lamanya gue nggak terbang dan gue kangen. Dulu, bisa setiap hari gue terbang, bahkan dua sampai tiga kali dalam satu hari. Gempor, sih, untungnya nggak sampai thypus, but it was fun while it lasts.
Ada, dari seluruh penerbangan yang gue lakuin semasa gue jadi taruna, yang paling nggak bisa gue lupain, yaitu pas terbang solo gue ke Lampung. Gue benar-benar terbang sendirian ke Lampung dan saat itu cuacanya lagi kacau. Sekacau jamban yang habis dimampirin setelah semalamnya gue makan Samyang dan Sate Taichan pakai Bon Cabe. Kebayang, kan?
Gue berangkatnya udah agak siang, sekitar jam sembilan lewat. Padahal harusnya gue terbang jam tujuh pagi, tapi karena satu dan lain hal, gue harus berangkat dua jam setelahnya. Jam segitu, langit udah mulai dipenuhi awan, namanya awan cumulus. Semakin siang, semakin banyak awan, dan ukurannya semakin besar.
Gue paling takut sama yang namanya turbulance. Mau itu karena masuk awan, ketampar angin, maupun goyangan kecil karena pas takeoff dapat crosswind, semuanya gue nggak suka. Untungnya, pas pergi ke Lampung, cuacanya masih bagus, jadinya adem-adem aja dan semuanya berjalan dengan lancar. Tapi, pas balik ke Budiarto, gue harus nembus awan gegara waktu itu udah satu jam menuju siang bolong dan tebal awannya nggak karuan. Gue nggak ada pilihan lain selain menembus awan, mau cari celah pun nggak bisa karena bentangan awannya rata. Setengah jam terakhir sebelum gue mendarat di Budiarto, gue sempat nggak berhenti mengucapkan, "Tuhan Yesus pimpin" setiap detiknya karena gue masuk awan. Kacau, sih, kalau disuruh ngulang lagi gue ogah. Tapi, untungnya, gue mendarat dengan selamat di Budiarto.
Nah, yang paling gue suka dari penerbangan gue ke Lampung adalah oleh-olehnya. Yak, Keripik Pisang Kepok! Dengan perjalanan ini, secuil cita-cita gue sebagai pilot, yaitu jalan-jalan keliling dunia dan nyobain setiap makanan dari setiap daerah yang gue singgahi, tercapai. Gue berhasil ke Lampung dan beli jajanan khas Lampung, yaitu si Keripik Pisang Kepok.
Dari semua varian rasa yang pernah gue coba, Melon, Strawberry, Coklat, Susu, Asin, Keju, Manis, yang paling gue suka adalah rasa coklat. It's my favorite! Keripik pisangnya renyah banget, ada yang tebal ada yang tipis, dan semuanya berbalur bubuk coklat yang bikin nagih bukan main. Gue paling demen kalau udah tinggal sisa remah-remah pisang, dengan gumpalan-gumpalan bubuk coklatnya. Sedap bukan main!
Udah menjadi tradisi kami, taruna penerbang, untuk selalu membawa oleh-oleh khas Lampung yang satu ini setiap kami menyelesaikan terbang kami ke Lampung. Gue udah melewati stage itu dan gue seneng banget. Lebih senengnya lagi, gue berhasil bawain "hasil terbang" gue ke Ibu dan Bapak gue. Mereka masing-masing gue bawain Keripik Pisang Kepok, satu rasa Keju, satunya lagi rasa Manis.
Ada, dari seluruh penerbangan yang gue lakuin semasa gue jadi taruna, yang paling nggak bisa gue lupain, yaitu pas terbang solo gue ke Lampung. Gue benar-benar terbang sendirian ke Lampung dan saat itu cuacanya lagi kacau. Sekacau jamban yang habis dimampirin setelah semalamnya gue makan Samyang dan Sate Taichan pakai Bon Cabe. Kebayang, kan?
Gue berangkatnya udah agak siang, sekitar jam sembilan lewat. Padahal harusnya gue terbang jam tujuh pagi, tapi karena satu dan lain hal, gue harus berangkat dua jam setelahnya. Jam segitu, langit udah mulai dipenuhi awan, namanya awan cumulus. Semakin siang, semakin banyak awan, dan ukurannya semakin besar.
Gue paling takut sama yang namanya turbulance. Mau itu karena masuk awan, ketampar angin, maupun goyangan kecil karena pas takeoff dapat crosswind, semuanya gue nggak suka. Untungnya, pas pergi ke Lampung, cuacanya masih bagus, jadinya adem-adem aja dan semuanya berjalan dengan lancar. Tapi, pas balik ke Budiarto, gue harus nembus awan gegara waktu itu udah satu jam menuju siang bolong dan tebal awannya nggak karuan. Gue nggak ada pilihan lain selain menembus awan, mau cari celah pun nggak bisa karena bentangan awannya rata. Setengah jam terakhir sebelum gue mendarat di Budiarto, gue sempat nggak berhenti mengucapkan, "Tuhan Yesus pimpin" setiap detiknya karena gue masuk awan. Kacau, sih, kalau disuruh ngulang lagi gue ogah. Tapi, untungnya, gue mendarat dengan selamat di Budiarto.
Dari semua varian rasa yang pernah gue coba, Melon, Strawberry, Coklat, Susu, Asin, Keju, Manis, yang paling gue suka adalah rasa coklat. It's my favorite! Keripik pisangnya renyah banget, ada yang tebal ada yang tipis, dan semuanya berbalur bubuk coklat yang bikin nagih bukan main. Gue paling demen kalau udah tinggal sisa remah-remah pisang, dengan gumpalan-gumpalan bubuk coklatnya. Sedap bukan main!
Udah menjadi tradisi kami, taruna penerbang, untuk selalu membawa oleh-oleh khas Lampung yang satu ini setiap kami menyelesaikan terbang kami ke Lampung. Gue udah melewati stage itu dan gue seneng banget. Lebih senengnya lagi, gue berhasil bawain "hasil terbang" gue ke Ibu dan Bapak gue. Mereka masing-masing gue bawain Keripik Pisang Kepok, satu rasa Keju, satunya lagi rasa Manis.
No comments:
Post a Comment