Akhir-akhir ini gue baru mulai bisa menyikapi, atau lebih tepatnya mengeles dari, awkward moments yang sering kali gue alami di kehidupan sehari-hari. Lebih seringnya, sih, terjadi di kantor saat gue tengah mempersiapkan diri untuk terbang hari itu.
Contoh sederhananya:
Biasanya gue akan ngendok di suatu meja, mempersiapkan segala dokumen yang perlu gue pelajari untuk terbang, ya dari chart, flight plan, kondisi cuaca pada jam berapa, kondisi awan pada jam berapa, dan kawan-kawannya. Karena gue seorang pilot, sudah pasti gue akan terbang bersama kapten gue. Otomatis duduk bareng, dong? Lalu, ada aja, nih, teman kerja seperpilotan yang akan nyamperin kapten gue untuk salam, atau sekedar bertanya, "Terbang ke mana, Kep?". Nah, di situ lah awkward moment itu terjadi. Ketika mereka selesai ngobrol dan mereka bersalaman, sudah pasti gue akan menyodorkan tangan gue untuk dijabat juga. Dan, namanya juga awkward moment ya, tangan gue tidak disambut dengan tangan lain, melainkan dengan tatapan singkat dan sapaan selamat tinggal, "Yo, Nan". Nyeh.
Gue yang dulu akan kelimpungan sendiri mengatasi rasa malu karena tidak dijabatnya tangan gue (insert "da aku mah apa atuh cuma sisaan mecin chitato dibuang ke tong sampah" meme here). Tapi, sekarang gue malah membatu di tempat, nengok ke kapten gue, dan mengeluarkan, "Yah, Kep, saya nggak disalamin." lalu kapten gue akan tertawa iba.
But, then again, I have come to embrace the awkwardness of that particular situation. Mungkin gue sudah terlalu lelah mengeluarkan emosi-emosi negatif yang tidak diperlukan, karena nantinya akan berpengaruh ke terbang gue, jadinya gue memutuskan untuk, "Da aku mah apa atuh cuma pecahan kulit kwaci".
Kalau kamu, entah kapan, ada aja kedapetan pengalaman canggung seperti tadi, jangan dibawa mumet. Handle it with jokes. Your life is a joke anyway. Cia.
Ngomong-ngomong, yang di atas tadi cuma cerita selingan. Kemarin, di penerbangan yang membawa gue ke Medan (iya, ini lagi di Medan), gue dibagi beberapa potong kurma dari Mas Yopie. Beliau adalah salah satu pramugara senior yang sudah bergabung di AirAsia lebih lama ketimbang gue yang masih anak bawang ini (saking bawangnya sampai nggak disalamin). Pas banget gue tengah menimbang-nimbang mau beli cemilan apa di pesawat saking laparnya. Kurmanya manis, keras, tapi nggak kering saat dikunyah. Cocok banget ditemani dengan segelas teh tawar hangat.
Contoh sederhananya:
Biasanya gue akan ngendok di suatu meja, mempersiapkan segala dokumen yang perlu gue pelajari untuk terbang, ya dari chart, flight plan, kondisi cuaca pada jam berapa, kondisi awan pada jam berapa, dan kawan-kawannya. Karena gue seorang pilot, sudah pasti gue akan terbang bersama kapten gue. Otomatis duduk bareng, dong? Lalu, ada aja, nih, teman kerja seperpilotan yang akan nyamperin kapten gue untuk salam, atau sekedar bertanya, "Terbang ke mana, Kep?". Nah, di situ lah awkward moment itu terjadi. Ketika mereka selesai ngobrol dan mereka bersalaman, sudah pasti gue akan menyodorkan tangan gue untuk dijabat juga. Dan, namanya juga awkward moment ya, tangan gue tidak disambut dengan tangan lain, melainkan dengan tatapan singkat dan sapaan selamat tinggal, "Yo, Nan". Nyeh.
Gue yang dulu akan kelimpungan sendiri mengatasi rasa malu karena tidak dijabatnya tangan gue (insert "da aku mah apa atuh cuma sisaan mecin chitato dibuang ke tong sampah" meme here). Tapi, sekarang gue malah membatu di tempat, nengok ke kapten gue, dan mengeluarkan, "Yah, Kep, saya nggak disalamin." lalu kapten gue akan tertawa iba.
But, then again, I have come to embrace the awkwardness of that particular situation. Mungkin gue sudah terlalu lelah mengeluarkan emosi-emosi negatif yang tidak diperlukan, karena nantinya akan berpengaruh ke terbang gue, jadinya gue memutuskan untuk, "Da aku mah apa atuh cuma pecahan kulit kwaci".
Kalau kamu, entah kapan, ada aja kedapetan pengalaman canggung seperti tadi, jangan dibawa mumet. Handle it with jokes. Your life is a joke anyway. Cia.
Ngomong-ngomong, yang di atas tadi cuma cerita selingan. Kemarin, di penerbangan yang membawa gue ke Medan (iya, ini lagi di Medan), gue dibagi beberapa potong kurma dari Mas Yopie. Beliau adalah salah satu pramugara senior yang sudah bergabung di AirAsia lebih lama ketimbang gue yang masih anak bawang ini (saking bawangnya sampai nggak disalamin). Pas banget gue tengah menimbang-nimbang mau beli cemilan apa di pesawat saking laparnya. Kurmanya manis, keras, tapi nggak kering saat dikunyah. Cocok banget ditemani dengan segelas teh tawar hangat.
No comments:
Post a Comment