Kembali lagi gue di Medan, dengan sasaran duren baru yang letaknya nggak terlalu jauh dari hotel tempat gue menginap. Kurang lebih 15 menit kalau naik mobil jemputan dari Wings Hotel, lurus terus sampai ketemu Markas Brimob dan lapangan luas, putar balik, melipir ke kiri sedikit, nggak lama kemudian sampailah ke sebuah warung sederhana berhias tumpukan duren di depannya. Entah nama resminya apa, tapi gue dan teman-teman AirAsia gue menyebutnya Duren Pak Lubis.
Harganya nggak terlalu mahal, satu buahnya ada yang Rp30.000,00 ada juga yang Rp35.000,00. Pak Lubisnya sendiri lah yang akan memilihkan durennya dan kita bisa mencoba dulu sebelum memutuskan untuk mengambil duren tersebut. Manis kah, kurang manis kah, terlalu bersoda kah, busuk kah, atau terlalu pahit pun, kalau rasa durennya nggak sesuai dengan selera kita, duren tersebut akan digantikan oleh Pak Lubis. Dengan suara lantang dan logat khas Medannya, Pak Lubis akan menemani kita menyantap durian selayaknya teman.
Pak Lubis ini sudah berjualan durian sedari beliau belum mempunyai anak. Dan sekarang anaknya yang paling tua sudah berumur 30 tahun. Lucunya, meskipun Pak Lubis ini penjual durian, beliau tidak suka durian.
Dibandingin dengan Dedi Durian, Durian Pak Lubis ini lebih montok, lebih cantik tampilan daging duriannya, dan varian rasa duriannya lebih bermacam-macam. Kebanyakan manisnya lebih kental dibandingin dengan Dedi Durian, tapi lebih sedikit bersoda juga. Jangan dibandingin dengan Lambok Durian kalau masalah soda, Lambok Durian sudah terjamin menangnya.
Meskipun hati gue lebih memihak kepada durian empunya Pak Dedi, gue pun bisa menikmati durian dagangan Pak Lubis. Jelas, sudah 4 durian dibuka malam ini dan gue makan dengan lahap. Selamat tinggal, diet.
Pak Lubis ini sudah berjualan durian sedari beliau belum mempunyai anak. Dan sekarang anaknya yang paling tua sudah berumur 30 tahun. Lucunya, meskipun Pak Lubis ini penjual durian, beliau tidak suka durian.
Dibandingin dengan Dedi Durian, Durian Pak Lubis ini lebih montok, lebih cantik tampilan daging duriannya, dan varian rasa duriannya lebih bermacam-macam. Kebanyakan manisnya lebih kental dibandingin dengan Dedi Durian, tapi lebih sedikit bersoda juga. Jangan dibandingin dengan Lambok Durian kalau masalah soda, Lambok Durian sudah terjamin menangnya.
Meskipun hati gue lebih memihak kepada durian empunya Pak Dedi, gue pun bisa menikmati durian dagangan Pak Lubis. Jelas, sudah 4 durian dibuka malam ini dan gue makan dengan lahap. Selamat tinggal, diet.
No comments:
Post a Comment