Monday, February 5, 2018

Posting di Bali

Beberapa waktu yang lalu, gue sempat didinaskan di Denpasar, Bali, selama lima hari. Waktu itu sih gue merasa terbebani dengan penggilan tugas seperti itu, tapi gue tau di dalam diri gue yang sesungguhnya bahwa gue senangnya bukan main. Men, akhirnya gue ngejalanin apa yang gue impi-impiin sedari gue masih ngerayap di STPI, pikir gue, I'm finally living my dream! Tapi, karena satu dan lain hal, gue memilih untuk nggak banyak kelayapan keluar dan memingit diri sendiri di kamar hotel yang disediain oleh perusahaan tempat gue bekerja sekarang. Untungnya, Indonesia zaman sekarang sudah jauh lebih canggih dibandingkan Indonesia zaman penjajahan Belanda, jadinya gue nggak usah khawatir bakal kelaparan. Yak, gue yakin lo ngerti apa yang gue maksud: Go-Food!

Anggepan gue saat dinas di Bali adalah, "Kalau Kartini aja bisa hidup dipingit, berarti gue juga bisa!". Hmm, agak tolol memang, ya. Gue kerap kali menghibur diri dengan pemikiran bahwa lebih kasihan Kartini, karena pada zamannya dulu dia nggak ada kemewahan seperti aplikasi Go-Food dan Grab-Food yang bisa nganterin makanan enak-enak ke rumahnya selagi dia di pingit. But, who am I kidding, right? 

Akhirnya, selama lima hari tersebut, gue makan pakai Go-Food; keluar kamar hanya untuk terbang dan kalau gue butuh banget untuk ngambil uang di ATM seberang hotel, lain dari itu gue mengurung diri di kamar. Nggak banyak varian makanan yang gue pesan melalui Go-Food karena fokus gue hanya tertuju pada satu hal: Nasi Campur, dan nggak sembarangan nasi campur, saudari-saudariku, melainkan Nasi Campur Babi. 


Babi Guling Candra - Nasi Babi Guling Spesial 50K

Langganan gue setiap gue ke Bali. Hukumnya wajid, kudu, harus untuk ke Babi Guling Candra. Nasi Babi Guling Spesial adalah nama salah satu menu makanannya dan harganya hanya Rp50.000,00 saja. Satu kotak Nasi Campur itu terdiri dari, obviously, berbagai macam lauk babi guling, sayur daun singkong, serta bumbu genep. Ada pun lauk-lauk lainnya yang nggak babi-related, seperti halnya sate lilit ikan dan jeroan ayam goreng kering. Lain dari itu: sate babi, daging babi panggang, kulit babi panggang, lawar, sup kaldu babi, urutan (sosis yang terdiri dari darah dan campuran potongan dari babinya itu sendiri), kalian sebutin lah pokoknya, ada semua dalam satu kotak mahadahsyat tersebut.

Asli, kalau gue hidup di zamannya Kartini yang serba pingit dan dikurung, gue nggak masalah kalau makanan sehari-hari gue kayak begini.

Enaknya nggak perlu ditanya, ya. Gue berusaha, gimana caranya, supaya gue bisa dapetin siraman rasa dari semua lauk-pauk yang ada di kotak itu dalam satu sendok. Sering kali gagal karena kepenuhan dan mulut gue nggak muat untuk menampung sepotong-sepotong dari semuanya, tapi tetap enak dan membahagiakan. Yang selalu gue eman-eman (bahasa Jawa yang artinya "disayang-sayang") adalah urutan. Urutan is lyfe!




Warung Babi Guling Bu Made Sekar - Nasi Babi Guling Komplit 30K

The same kind of food like the one above, tapi ini versi pinggir jalan dan lebih kampungnya. Nasi Babi Guling Komplit ala Warung Babi Guling Bu Made Sekar, dijual di pinggir jalan seberang Pasar Kuta dan baru dijual diatas maghrib sampai sedikit lewat tengah malam. Jatuhnya lebih mirip nasi Warteg, ya, di mana nasinya ditumpuk dengan segala lauk pilihan konsumer kemudian dibungkus kertas minyak dan dikaretin. Sangat sederhana, sangat seadanya, tapi jangan berani-beraninya kalian menilai makanan ini dari tampak luarnya. Tampang pembungkusan boleh kalah dengan Babi Guling Candra punya, tapi rasanya bersaing, bung!

Yang paling gue senangin dari nasi bungkus ini adalah gorengan babinya. Ya Tuhan, mantepnya nggak ada yang nandingin sejauh ini! Para pembaca sekalian mungkin agak kesusahan memilah lauk apa namanya apa di gambar di bawah ini karena semuanya ditumplekin jadi satu. Kalian bisa ke halaman ini untuk membaca secara keseluruhan mengenai Warung Babi Guling Bu Made Sekar.



Babi Guling Sari Bhuana - Nasi Campur Spesial 45K

Setiap hari gue makan Nasi Campir Babi, bayangin, gimana gue pulang-pulang ke Jakarta nggak mirip babi? Tiga hari berturut-turut yang gue makan ya itu aja terus, cuma beda tempat makannya aja. Sama seperti yang satu ini.

Ini pertama kalinya gue makan dari tempat makan Babi Guling Sari Bhuana. Dari aplikasi, sih, jaraknya nggak begitu jauh dengan hotel, hanya sekitar 3Km saja. Waktu itu masih sekitar maghrib saat gue mau memesan melalui Go-Food, tapi tempat makannya sudah mau tutup! Untungnya gue keburu. Berhasil, deh, makan malam Nasi Campur Spesial. 

Nggak sewarna-warni dua nasi campur sebelumnya, Nasi Campur Spesial dari Babi Guling Sari Bhuana bernuansa coklat, coklat, dan coklat. Lauknya terdiri dari satu sate lilit, satu sate babi, sepotong kulit babi panggang, sepotong kecil urutan, sebongkah kerupuk kulit, dan tumpukan bumbu genep campur irisan kecil sawi putih serta potongan babi panggangnya. Nggak ada aksen hijau daun singkong ataupun merah dari sambel bawang, tapi tetap enak, kok! I'm used to have my food either from Babi Guling Candra, or Warung Babi Guling Bu Made Sekar, so I wasn't as thrilled as I used to be when this particular food comes. But, it taste deliciously great as well! HIDUP BABI GULING.




Milk and Madu - Traditional Poke Bowl 111K

Akhirnya, datang juga hari di mana gue sudah merasa terlalu jijk dengan lemak yang menumpuk di perut gue, yang membuat gue makin hari makin mirip dengan babi, akhirnya gue banting setir di suatu pagi untuk tidak lagi mengonsumsi Nasi Campur, melainkan Poke Bowl. Gila, hits banget, sis.

Hari itu adalah hari terakhir gue di Bali dan pesawat gue untuk kembali ke Jakarta adalah sekitar jam satu siang. Nggak mau rugi, gue masih punya beberapa jam untuk memanjakan diri dengan makanan-makanan di Bali, akhirnya gue memutuskan untuk go healthy. Yang ada di pikiran gue adalah Poke Bowl dan Smoothie Bowl, tapi, ya kali gue ngeGo-Food Smoothie Bowl. Yang ada itu Smoothie Bowl sudah keburu jadi jus encer kena panas di jalan. 

Setelah hampir setengah jam nge-scroll atas bawah, membanding-bandingkan harga Poke Bowl di tempat A dengan Poke Bowl di tempat B, dan di tempat C yang lebih jauh tapi variasi lauknya lebih berwarna dan enak dipandang dengan di tempat D yang murahnya naujubilah tapi Ibu gue pun bisa bikinin buat gue di rumah, gue memutuskan untuk memesan Traditional Poke Bowl seharga Rp111.000,00 dari Milk and Madu. 


Lokasi tempat makannya agak jauh dari hotel tempat gue menginap, alhasil gue harus menunggu lebih lama dan ekstra sabar sampai makanan gue sampai. Gue sampai nyemilin dua bungkus Lay's dulu untuk ngeganjal rasa laparnya. 

The food finally arrives just a few minutes to midday, padahal gue memesannya saat masih belum jam 11 siang. Tapi lamanya gue nunggu sepadan dengan apa yang gue dapat, kok. Sumpah, porsinya banyak banget dan presentasi makanannya pun cantik secantik-cantiknya cantik. Sangat-sangat Instagramable! 

Traditional Poke Bowl yang gue pesan datang dalam tempat makan styrofoam yang cukup besar - terdiri dari nasi ketan manis (sama seperti jenis nasi ketan yang dipakai untuk membuat sushi), tumpukan potongan daging tuna mentah yang gemuk-gemuk dan segar, irisan wortel, irisan timun, irisan alpukat, beberapa lembar sawi ungu, irisan kubis ungu, kacang edamame gemuk yang sudah dikupas dari kulitnya, semangkuk kecil saus Punzu, taburan kacang wijen dan daun bawang. Gue saking excited-nya sampai bingung mau mulai makan dari mana. Ujung-ujungnya gue menghabiskan semua sayur-sayurannya dulu dan menyisakan potongan tunanya untuk dinikmati belakangan. 

Gue nggak main-main, segala bahan makanan yang ada di Traditional Poke Bowl ala Milk and Madu ini benar-benar segar dan juicy. Beneran! Gue sampai nggak tau bahasa Indonesia yang tepat untuk menggambarkan juicy apa. Segar, ya? Atau berkuah? Ngerti, lah, ya pokoknya; yang kalau digigit itu cairan segar dari makanannya langsung keluar membanjiri mulut. 

Tunanya, astaga Tuhan, segar banget! Apalagi dikasih potongannya besar-besar dan gemuk-gemuk, dan lumayan banyak, lho, sampai di satu titik gue kekenyangan dan harus istirahat sebentar sebelum melanjutkan sarapan gue lagi (Iya, itu masih termasuk sarapan). Selesai makan, gue langsung bego seketika. 




Lay's Potato Chips - 9K

Yang terakhir adalah Lay's Potato Chips yang gue cemilin sebelum gue melahap Poke Bowl. Dua rasa ini belum pernah gue coba sebelumnya, yaitu rasa Saus Krim & Bawang dan rasa Honey Butter. Gue adalah penggemar berat chiki-chikian dengan rasa saus krim dan bawang, atau bahasa Inggrisnya sour cream and onion. Entah itu Mister Potato, ataupun Pringles, pasti harus rasa tersebut! Untuk Lay's ini, sayangnya gue harus jujur bahwa rasa saus krim dan bawangnya masih belum bisa ngalahin kepunyaannya Pringles. Rasa saus krim, atau sour cream, nya masih kurang nendang dan kurang kuat, sementara rasa bawangnya kurang kerasa. Kurang berani, lah, kasarannya! Jadi, buat gue, Pringles masih memegang juara satu bertahan mengenai kemantapan rasa. 

As for the Honey Butter flavor, gue sebenarnya agak kurang suka karena menurut gue rasanya aneh. Rasa madunya ada aksen pahitnya dan rasa butter-nya berkerak dan menempel di lidah. Manisnya, sih, gue suka, tapi cukup sebagai pelipur lara saja.

Karena gue kurang puas dengan kedua varian rasa baru dari Lay's Potato Chip ini, gue memutuskan untuk mencampur kedua rasa ke dalam satu kemasan. Gue kocok kocok kocok sampai kedua rasa bercampur dengan baik dan hasilnya... makin aneh. Sip, deh. 



No comments:

Post a Comment