Wednesday, November 6, 2019

Kineruku dan Segala Isinya

Semenjak gue dikenalin dengan Kineruku oleh kawan seperjuangan gue, Rama, setiap gue RON Bandung, gue nggak pernah nggak menghabiskan sore gue di perpustakaan tersebut. Ditemani dengan segelas teh, atau kopi, dan sepiring camilan, gue bisa menghabiskan berjam-jam di Kineruku menulis, atau sekedar membaca buku karangan Sapardi Djoko Darmono. Berlokasikan di Jalan Hegarmanah, dikelilingi dengan pepohonan dan tanaman yang rindang, dan diapit oleh rumah-rumah lain yang menghiasi kota Bandung, perpustakaan ini adalah tempat yang sempurna untuk kalian penikmat sunyi.


Saat gue bilang sunyi, berarti memang benar-benar sunyi. Namanya juga perpustakaan, semua orang yang mengistirahatkan pikirannya di sini sudah mengerti bahwa kami semua nggak boleh terlalu berisik. Berbincang boleh, namun jangan sampai terlalu bingar karena bisa saja suara-suara itu mengganggu teman-teman lain yang mungkin sedang berkonsentrasi dengan skripsinya. Gue pun begitu, nggak pernah berisik ketika berbincang di telefon, bahkan saat menggeser kursi ketika gue mau memesan minuman lain ke kasir.

Sore itu, gue sangat lapar dan sedang ingin nyemil yang gurih-gurih. Setelah menyeleksi makanan dan minuman dari daftar menu Kineruku yang tergolong sedikit, gue memutuskan untuk memesan satu porsi Tempe Mendoan dan satu set Teh Tongji. Pilihan yang sangat tepat. Hujan mengguyur Kota Bandung dengan derasnya, menghasilkan udara dingin yang merayap ke tulang-tulang. Bahkan ketika gue sudah memakai baju hangat lengan panjangpun, dinginnya berhasil membuat gigi gue bergemeretak. Saat itu pula gue belum membakar rokok, namun nggak sedikit uap panas yang berhasil terhembus dari mulut dan kedua lubang hidung gue.

Rama pernah bilang bahwa suasana di Kineruku itu paling mantap kala gerimis berkunjung. Awalnya gue setuju, tapi sekarang gue sanggah. Suasana di Kineruku itu paling mantap kala hujan. Derasnya hujan yang beradu dengan atap, yang kemudian jatuh ke tanah dan menciptakan aroma basah yang sangat khas, itu sangat nikmat. Apalagi, sudah lama sejak terakhir kalinya gue bertemu lagi dengan hujan. Pulau Dewata masih dilanda sinar matahari dengan teriknya sehingga gue rindu dengan hujan.

"Atas nama Kinan," ucap pelan salah seorang pelayan di Kineruku. Kineruku membiasakan pelanggannya untuk memesan dan membayar makanan dan minuman dulu di kasir, yang berlokasikan tepat di sebelah pintu masuk perpustakaan, kemudian pesanan tersebut akan di antar ke meja kita oleh pelayan yang bertugas. Pengunjungpun nggak diperbolehkan membawa tas ke dalam perpustakaan entah kenapa alasannya, mungkin untuk jaga-jaga agar nggak ada yang terbesit pikiran jahat untuk mencuri buku-buku dari perpustakaan tersebut. Gue sarankan, untuk kalian yang ingin mengerjakan skripsi, atau hanya sekedar membaca buku di sini, nggak usah membawa barang-barang yang terlalu banyak. Kalaupun harus membawa tas layaknya mau pindah rumah, loker juga disediakan bagi kalian untuk menitipkan barang bawaan kalian.


Tempe Mendoan gue disajikan di atas piring besar, lengkap dengan mangkuk kecil berisikan sambal kecap yang pedasnya nampol banget di lidah. Untungnya, Tempe Mendoan di Kineruku ini digoreng sampai kering karena gue nggak gemar dengan Tempe Mendoan yang masih lembek. Secepat kilat, keenam potong tempe goreng tersebut berhasil gue habiskan dalma hitungan menit. Maklum, lapar. Kemudian gue menghabiskan sore tersebut melanjutkan tulisan yang sudah gue buat dari awal tahun kemarin, ditemani dengan beberapa gelas Teh Tongji hangat. Hitung-hitung menunggu hujan reda juga agar gue bisa kembali ke hotel.


Kineruku
Jl. Hegarmanah, No. 52
Hegarmanah, Kecamatan Cidadap
Kota Bandung 40141

Opening Hours:
TUE: CLOSE
MON - SAT: 10 AM - 8 PM
SUN: 11 AM - 6 PM

No comments:

Post a Comment