Salah satu sahabat baik gue dari Curug baru aja membuka kedai kopi pertamanya di daerah Meruya. Memang, sih jarak tempuh antara Bekasi ke Meruya itu memang nggak ada yang nandingin, apalagi kalau kondisinya hari Jumat sore, hujan deras, dan sedang macet, tapi tetap gue jabanin perjalanan lintas planet tersebut demi meramaikan kedai kopinya. Namanya Khairil, gue jarang bercerita tentang dia di sini. Nah, biarlah posting-an blog gue kali ini berputar di seputar dia dan kedai kopinya.
Kedai kopi mungil di Meruya Selatan |
Iya, ini Khairil |
Khairil adalah teman sebangku gue semasa gue masih menempuh pendidikan di STPI, Curug. Selama kurang lebih dua tahun lamanya, selama masa pendidikan ground school kami, kami berdua menjadi alarm berjalan untuk masing-masing: dalam artian, semisal salah satu dari kami sedang pulas-pulasnya tidur dan dosen, atau flight instructor, sudah datang, kami langsung membangunkan satu sama lain sebelum pengajar sadar bahwa kami sedang enak-enaknya melayang di alam mimpi. Nggak lama, gue dan Khairil berselisih jalan karena dia harus melanjutkan pendidikannya menjadi pilot helikopter di hanggar sebelah, sementara gue sibuk dengan rentetan piper warrior di hanggar fixed-wings. Sempat, pada dua tahun yang lalu, hubungan gue dan Khairil terputus karena situasi dan kondisi yang memaksakan gue untuk memutus semua hubungan dengan banyak orang yang ada di dalam hidup gue. Untungnya, gue berhasi keluar dari dalam lingkaran setan dan gue pun bisa berteman baik lagi dengan Khairil.
Yang lagi melet namanya Dheddy |
Khairil in the midst of trying to keep his cool |
Kalau yang ini namanya Mas Luqman |
Hari Jumat kemarin, gue dan Gavin, beserta rombongan teman-teman sekelas gue yang berbeda kendaraan, serentak datang ke Seraya Kopi dan membuat rusuh kedai kopi tersebut. Nggak ada maksud jahat, memang kami anak-anaknya rusuh aja. Khairil yang saat itu tengah melayani tamu, yang berdatangan ke kedai kopinya, pun kewalahan. Tapi, namanya juga anak Curug, ya, semua bisa diurus dengan baik dan cepat.
My support system |
Yang ini namanya Robby, doyannya Queen |
Seraya Kopi adalah nama kedai kopi kepunyaan Khairil. Saat ditanya alasan kenapa dia memilih nama tersebut, jawabannya cukup puitis, meskipun nggak berhasil disampaikan dengan keren. “Seraya itu artinya sambil,” kata Khairil, “jadi lo itu semisal “seraya membaca” berarti “sambil membaca”, “seraya nyebat” berarti “sambil nyebat”, nah ini seraya kopi.”. Namanya juga anak-anak Charlie, semua orangnya nggak terimaan, jadi kami langsung menyoraki Khairil seraya menertawakan kegugupannya. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, memang pemilihan namanya cukup puitis kok.
Semua menu makanan dan minuman yang disajikan di Seraya Kopi memiliki harga yang sama, yaitu hanya Rp15.000,00. Satu porsi sosis, satu ember kentang goreng, satu cangkir cappuccino, satu gelas minuman Red Velvet, semuanya harganya nggak lebih dari satu lembar dua puluh ribuan. Gue, yang notabene orangnya medit banget, mah senang banget pas tau harganya nggak selangit karena udah jarang banget sekarang ada kedai kopi yang menyajikan minuman berkualitas dengan harga bersahabat.
Menu Seraya Kopi |
Tiwus dan Aceh Gayo |
Yang gue suka dari Seraya Kopi adalah bahwa tempat ini menyajikan berbagai macam minuman non-kopi untuk mereka yang doyan nongkrong, tapi nggak doyan kopi. Jadi, untuk kalian yang kalau setiap nongkrong minuman andalannya adalah Iced Lychee Tea, atau Iced Peach Tea, kalian nggak perlu khawatir karena mereka punya kuncian kalian di sini. Minuman-minuman dingin berbasis bubuk juga ada, kok, seperti contohnya minuman Red Velvet dan minuman Matcha. Gue pribadi senang dengan minuman Red Velvetnya yang segar dan manis. Meskipun rasanya agak lebih mirip dengan Strawberry Milkshake, tapi gue tetap suka.
Nah, untuk kalian yang doyan kopi, apalagi kopi-kopi manual brew, di sini pun ada pilihan V60 dengan biji-biji kopi yang ciamik, seperti Tiwus dan Aceh Gayo. Gue otomatis memilih Tiwus sebagai teman minum gue malam itu. Disajikan secara sederhana di dalam botol kecil, dilengkapi dengan shotglass yang mengingatkan gue akan akhir pekan terakhir gue di De Hooi, sajian kopi dari Seraya Kopi sama sekali nggak mengecewakan. Memang agak lama proses pembuatannya, gue harus menunggu kurang lebih sekitar 20 menitan, tapi tetap nggak mengecewakan.
Bagian dalam dari Seraya Kopi |
I spot a new Instagram update with that wall |
Dibandingkan dengan sosis gorengnya, gue lebih suka dengan kentang gorengnya yang berbalut bumbu dan sedikit taburan rempah-rempah di atasnya. Asinnya cukup, gurihnya dapet, dan mecinnya pas. Langsung bikin pinter! Terlebih lagi, potongan kentang gorengnya nggak kurus-kurus seperti kentang goreng McDonal, melainkan agak gemuk dan lumayan panjang. Jadi makin sayang, kan.
Kentang Goreng - 15K |
Cappuccino - 15K |
Selama 6 jam lebih gue menghabiskan Jumat malam gue di Seraya dan, mungkin karena akhir pekan, tamu-tamu terus berdatangan meskipun tamu yang lain baru aja keluar. Karena kedai kopi ini cukup mungil dan selalu dipenuhi dengan anak-anak kuliahan dari kampus sebelah, gue lebih merekomendasikan tempat ini untuk nongkrong, ketimbang untuk mengerjakan tugas. Kalau kalian adalah tipe orang yang senang mengerjakan tugas di keramaian, be my guest. Tapi, kalau kalian adalah tipe orang yang senang dengan kesunyian dan susah fokus kalau banyak suara seperti gue, mending nggak usah coba-coba, deh, ngerjain tugas di sini. Mendingan kalian kumpulin rombongan anak-anak kelas kalian, bawa gitar dan segepok kartu remi, dan habiskan malam akhir pekan kalian dengan segelas cappucinno dan sepiring kentang goreng.
Seraya Kopi
Jl. H. Lebar No. 38
RT007 RW002, Kembangan
Meruya Selatan, Jakarta Barat
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11610
Opening Hours:
MON - SUN: 10AM - 10PM
No comments:
Post a Comment