A bowl of Soto Kudus Blok M |
"Tie, aku pingin makan soto enak," ucap gue tengah sedang memasukkan tangan ke dalam kantung persembahan. Entah ada angin apa, dan dari mana, mendadak gue pengen banget makan soto. Padahal, beberapa menit sebelumnya, gue sedang berkhayal menyantap makanan-makanan cantik ala tempat makan di daerah Senopati yang lagi booming. Mendadak lidah gue ngotot pingin makan sup bening yang rasanya gurih nan mantap tersebut. "Ya udah, nanti abis kebaktian, kita ke Soto Kudus Blok M," balas nyokap. Lantas, beberapa menit menjelang berakhirnya kebaktian di Gereja Kristen Indonesia, Kebayoran Baru, pikiran gue hanya, dan hanya, terfokuskan dengan bayangan kuah soto dan suwiran ayam.
Selesai kebaktian, gue dan nyokap langsung gerak cepat ke mobil - meskipun sebelumnya mampir dulu ke beberapa tukang jajanan yang udah memarkirkan gerobak dagangannya di depan pintu gereja dan membeli beberapa jajanan untuk kami cemilin dalam perjalanan menuju rumah makan Soto Kudus Blok M. Gue membeli seporsi kue bandros, sementara nyokap membeli sepuluh buah kue cucur. Iya, kami rakus.
Ini pertama kalinya gue mengunjungi Soto Kudus Blok M setelah bertahun-tahun ngelewatin doang setiap Minggunya dalam perjalanan gue ke gereja. "Emangnya jam segini udah buka, Tie," tanya gue ke nyokap. "Soto Kudusnya udah buka dari pagi kok," balasnya, "dari jam delapan udah buka, kalau nggak salah." Memang kalau jodoh nggak kemana.
Great lighting at Soto Kudus Blok M and it was 10 in the morning |
I wonder which drinks I should have. |
The list of dishes at Soto Kudus Blok M |
Some kerupuk to accompany your bowl of soto with |
Sesampainya di Soto Kudus Blok M, gue dan nyokap langsung menempati meja yang kosong. Untungnya, karena saat itu masih dua jam menuju jam makan siang, masih banyak meja yang kosong jadinya gue dan nyokap nggak harus rebutan kursi dengan pengunjung lainnya. Kami langsung memesan dua porsi Soto Kudus, beserta dua piring nasi, ditambah dengan segelas air putih dan segelas teh tawar.
Sayangnya, meskipun restoran yang berlokasi di Jalan Wijaya ini udah buka dari jam delapan pagi, ada beberapa pilihan lauk pauk yang masih belum tersedia. Gue sampai dua kali mengganti pesanan gue karena keterbatasan lauk yang bisa gue pilih pagi-pagi. Jadi, ceritanya seperti ini..
"Mas, minta paru goreng ya," pesan gue kepada si Mas, yang kemudian dibalas dengan, "Maaf, Mbak, paru gorengnya masih belum dibikin." Berusaha untuk meredam emosi dan menahan nafsu untuk menggebrak meja, lantas gue memutuskan untuk memesan lauk lain, "Ya udah, kalau gitu, sate jantung aja deh, Mas." dan dibalas dengan, "Sate jantungnya juga belum ada, Mbak." Emosi jiwa dan raga, tapi sepertinya mood gue lagi agak manusiawi pagi itu, jadinya gue berserah pada Masnya dengan memesan seporsi baceman. "Oh, kalau tahu dan tempe bacem, nanti langsung disediain kok, Mbak." Dari yang tadinya nafsu untuk menggebrak meja, jadi nafsu untuk naik ke atas meja sambil lempar-lemparin kursi.
Telur Asin, anyone? |
Some otak-otak too, perhaps? |
Disajikan di atas piring, pilihan lauk yang beragam ini mengingatkan gue akan situasi saat gue makan di restoran Padang. Rame banget, masing-masing lauk ada satu macam; ada telur pindang, sate telur puyuh, tahu bacem dan tempe bacem, perkedel, bakwan jagung, dan telur dadar otak. Iya, otak. Otaknya digoreng bareng dengan telur.
Masih agak emosi karena paru goreng dan sate jantung pilihan gue nggak ada, akhirnya gue memutuskan untuk menyantap Soto gue dengan tambahan telur asin, tahu bacem, tempe bacem, dan kerupuk kulit. Rakus, ya? Biarin.
My Soto came with a plenty side dishes |
Choose your side dish wisely! |
Soto Kudus memiliki cara penyajian yang cukup unik, yaitu di dalam mangkuk yang tergolong kecil. Isinya pun beragam, sama seperti bagaimana soto pada umumnya; ada suwiran ayam, tauge, potongan daun bawang, taburan berambang goreng, dan irisan tomat.
Harusnya sih ya, kalau di tempat asalnya langsung, Soto Kudus itu memakai suwiran daging kerbau, bukan daging ayam ataupun daging sapi. Konon katanya, warga Muslim asal Kudus menghormati penduduk beragama Hindu yang juga berdomisili di Kudus, jadinya mereka lebih memilih untuk menggunakan daging kerbau dan bukan daging sapi. Nah, mungkin karena keterbatasan sumber daya daging kerbau di kota metropolis ini, Soto Kudus Blok M lebih memilih untuk memakai daging ayam. Lebih ke cari aman sebenarnya; karena kota metropolis mana yang akan kekurangan pasokan daging ayam?
My bowl of Soto Kudus Blok M |
Awalnya gue agak panik karena porsi nasinya lumayan banyak. Berhubung sebelum menyantap soto gue udah nyemilin kue bandros lima potong, gue khawatir nasinya bakalan nggak habis. Eh, ternyata habis juga, tuh. Bahkan Sotonya pun habis sampai tetes kuah terakhir. Memang pada dasarnya Soto Kudus Blok M itu enak banget. Gue yang setengah kenyang pun berhasil menyantap ludes porsi makanan gue. Atau, mungkin memang guenya yang rakus.
Yum! |
Gue saranin datang ke restoran ini mendekati jam makan siang, atau jam makan malam, dengan harapan lauk yang mau kalian pesan udah tersedia di dapur dan tinggal dimasak. Jadi nggak harus emosi jiwa raga dulu kayak gue.
Soto Kudus Blok M
Jalan Wijaya I, No. 44
Kebayoran Baru, Jakarta
Opening Hours:
Monday - Sunday: 07.30 AM - 10 PM
Contact:
(+62) 21 7280 0656
No comments:
Post a Comment