Thursday, December 8, 2016

Kerak Telur ala Kebun Binatang Ragunan

Gue nggak begitu doyan dengan makanan tradisional khas Betawi yang satu ini, murni karena rasanya yang menurut gue bisa dibilang hambar dan teksturnya yang selalu membuat gue gagal paham, sampai suatu ketika gue menemukan makanan berbasis telur dan beras ketan tersebut di Kebun Binatang Ragunan.


Waktu itu, gue lagi jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan bareng teman-teman barak gue, Anggita dan Ambar. Setelah kaki serasa mau copot karena harus terus-terusan ngegoes sepeda tandem yang gue sewa seharga Rp15.000,00 perjamnya, gue memutuskan untuk mencari kunyahan. Jajanan di kebun binatang ini cukup banyak dan gampang dicari, sayangnya nggak banyak pilihannya. Dari semua gorengan, nasi uduk, dan es krim yang dijual dengan harga yang kurang manusiawi, akhirnya pilihan gue jatuh pada Kerak Telur. 

Seumur hidup gue memesan Kerak Telur, nggak pernah gue inisiatif bilang ke penjualnya untuk dibikin tipis. Kayaknya enak nih kalau dibikin tipis kering, pikir gue. Akhirnya gue pesanlah ke mbaknya untuk dibikin ketebalannya menyerupai martabak manis andalan gue. 


Kira-kira sepuluh menit gue sibuk ngerekam dan mengambil gambar si Mbak, yang dengan cekatan mencampur segenggam beras ketan dan dua butir telur bebek, yang kemudian dituangkan dan diratakan di penggorengan. Sembari menunggu pesanan gue matang, kami bertiga ngobrol-ngobrol banyak dengan si Mbak yang ternyata suka menjual dagangannya di Jakarta Fair. 

Nggak lama, Kerak Telur tipis kering gue pun jadi. Si Mbak kemudian menaburkan potongan bawang goreng dan serundeng diatasnya, dan menyuguhkannya pada kami bertiga. Bener-bener tipis kering, gue pikir. Gue sobek sedikit dari jajanan tradisional seharga Rp20.000,00 itu, lalu kemudian gue santap. "Ih," ucap gue agak lantang, "kok enak!". 

Belum pernah gue menyantap Kerak Telur yang renyah, gurih, dan manis seperti yang satu ini. Mungkin efek tipis keringnya memberikan tekstur yang bertolak belakang dari Kerak Telur yang biasa gue pesan sebelum-sebelumnya, sehingga gue doyan dan nggak bisa berhenti makan. Teksturnya sekarang jelas, kering dan renyah, nggak bikin gue gagal paham seperti tekstur Kerak Telur yang luarnya kering dan dalamnya lembab-lembab basah nyerepet belum matang pada umumnya. Taburan serundeng dan bawang gorengnya pun nggak pelit, otomatis membuat makanan tradisional khas Betawi ini semakin enak untuk disantap. 

Hampir gue tergoda untuk memesan seporsi lagi! Untungnya gue diingetin bahwa, setelah dari sini, destinasi kuliner selanjutnya adalah Ketoprak Ciragil dan Bubur Kwang Tung. Nggak jadi nambah, deh. 


No comments:

Post a Comment