Sunday, December 18, 2016

His First Ragusa

"Seriusan kamu belum pernah ke Ragusa," tanya gue nggak terima, yang kemudian dibales dengan gelengan singkat. "Coba kamu liat sekitar," katanya, "di sini isinya tuh orang-orang kayak kamu semua. Nggak ada orang macem aku yang jajan di sini kecuali aku."

Oh, mungkin yang dia maksud mengenai gue adalah bahwa gue adalah tipikal cewek doyan makan yang kerjanya kulineran, kudu banget memesan semua menu yang ada di Ragusa Es Italia, sebelum makan harus foto-foto dulu buat stok Instagram dan blog, dan njegok ketika ada orang yang berani menyentuh es krim yang belum difoto. Oke, itu gue bisa terima. Tapi, sore itu, Ragusa penuh dengan oom-oom dan tante-tante paruh baya tengah mengobrolkan sesuatu, entah apa, sambil sesekali menyeruput es krim yang sedari tadi ditinggal ngobrol sampai leleh.

Terus, gue oom-oom, gitu?


Kemarin adalah kali pertamanya Dheo ke Ragusa Es Italia. Seperti biasa, gue salah ngasih tunjuk jalan. Yang harusnya belok kanan ke Jalan Veteran 3 dan kemudian belok kiri tembus Jalan Veteran 1, gue malah nyuruh Dheo puter balik dan akhirnya kami dapat satu lap mengelilingi Monas. Sip, terima kasih.

Tipikal Dheo pada umumnya, dia bingung. Bingung mau pesan makanan apa, bingung mau pesan minum apa, bingung mau bakar rokok tapi ternyata ada tanda "Dilarang Merokok" - meskipun tempat jajan tersebut menggunakan sistem au naturel dalam sistem aliran udaranya, alias tempat duduk indoor tapi nggak pakai Air Conditioner, dan bingung harus apa di tempat jajan es krim jadul ini. "Udah, di sini cuma buat makan es krim doang, gitu," tanyanya. Gue hanya tinggal nengok ke dia sambil ngangguk-ngangguk bahagia, dan dia pun nurut. "Hah, tipikal kamu banget, sih."

Sembari bulak-balik membaca menu yang pilihan makanan dan minumannya sedari dulu nggak berubah-berubah, sekarang dia kebingungan mau pesan es krim apa. "Kamu pesan apa," tanyanya. Ternyata dia udah menebak-nebak dalam hati es krim mana yang bakal gue pesan, karena ketika gue menjawab "Banana Split" sontak wajahnya mencemooh. "Kamu banget.".


Sempat gue saranin untuk memesan Cassata Siciliana dan Spaghetti Ice Cream, tapi dua-duanya ditolak mentah-mentah. Mungkin karena namanya yang aneh, makanya dia nggak mau. Bahkan saat gue tawarin untuk tukeran menu, dia makan punya gue yang Banana Split dan gue memesan es krim baru, pun dia nggak mau. Hmm, dia nggak suka yang aneh-aneh kali ya, pikir gue. Akhirnya gue tawarin Chocolate Sundae dan dia nurut mau.

Banana Split adalah menu paling enak dan menu favorit gue di Ragusa Es Italia. Isinya bukan cuma es krim doang, tapi ada potongan pisang, saus coklat, taburan kacang, dan potongan buah keringnya. Varian rasa es krimnya pun beragam dalam satu mangkuk, yaitu coklat, vanila, dan stroberi. Agak mirip dengan Spaghetti Ice Cream, tapi lebih meriah dan lebih banyak kombinasi rasa.

Chocolate Sundae punya Dheo juga enak, tapi masih kalah meriah dibanding Banana Split gue. Presentasinya sederhana dan nggak neko-neko, cukup es krim coklat pekat dengan saus coklat dan taburan kacangnya di atasnya.


Nggak lama setelah es krim kami habis, gue dan Dheo melanjutkan perjalanan ke Lenggang Jakarta, yang letaknya nggak jauh dari Ragusa Es Italia. Harusnya, hanya lima menit perjalanan kok dari tempat jajan es krim Italia tersebut. Sayangnya, lagi-lagi gue harus salah nunjukin arah. Sip.


Ragusa Es Italia
Jalan Veteran 1, No. 10
Jakarta Pusat

2 comments: