Monday, May 23, 2016

Pocky Chocolate: Almond Crush


Got this Pocky Chocolate: Almond Crush from my dorm mate, Anggita, whose parents just got home from a quick getaway to Japan. A pack of this baby contains a couple bag of Pocky, in which was filled with five sticks of milk chocolate covered biscuit sticks drizzled with chunks of almonds on it. 

I was very satisfied with how the actual product itself looked very similar with the advertisement pictures printed on the box. Them Pocky sticks were very short compared to the ones produced here in Indonesia, yet a bite of it gave you a mouthful of flavor smack. Bam!

The combination of the creamy chocolate milk enveloping the upper part of the biscuit stick blended well with the savory almond chunks, and they were generous in amount, making it better. I'm guessing that the producer of these sweet treats back in Japan used a different quality of chocolate because of the fact that the milk chocolate that was covering the biscuit melted easier when it made contact with heat. Unlike the ones here in Indonesia. 

I really like this particular Pocky flavor. I would probably buy a dozen of them if I get the chance to go on a quick holiday to the land of the rising sun. And then I would probably buy another dozens of other flavors as well. 


Australian Jerky (Food Review Video)

This is the first time I have ever made a food review video. Instead of the usual blogging, I decided to try making a food review video of some Australian snacks that my best buddy, Icha, sent me a few months ago. There were four packs of them and they were meat jerkies. But, not just any meat jerkies, but exotic Australian animal jerky. Yes, I'm talking about kangaroos! 

Unfortunately, in the video I was using my mother languange, Bahasa Indonesia, because I don't feel like using English at that moment. You can see all the awkwardness and the bucketful of ignorance in me. I was being so ignorant I declared that emus are ostrich (I know, my bad, I thought they were the same animals). 

So, without further ado, enjoy the video down bellow. If you can't manage to comprehend what I'm saying on the video, you can hire a translator to help you understand the whole situation, or maybe you can just tell by the expressions that I made. 

Sunday, May 15, 2016

Brown Fox: Waffle & Coffee

Halo, readers! Akhirnya ya, setelah sekian lama nggak kelihatan, gue nongol juga. 

Brown Fox: Waffle & Coffee

Pagi ini gue sarapan di Brown Fox: Waffle & Coffee, cafe mungil dengan parkirannya yang sempit, yang terletak di Jalan Taman Margasatwa, Pasar Minggu. Saking mungilnya, dan karena cafe ini juga mengumpat dari kehiruk pikukkan daerah Pasar Minggu, gue hampir kelewatan kalau bukan karena billboard sign-nya yang lumayan mencolok. 

Meskipun cafe ini terletak tidak jauh dari Rumah Sakit Hewan Ragunan, gue tetap harus menggunakan aplikasi Zomato dan Google Maps karena gue sangat tidak suka memperhatikan jalan dan sering banget nyasar. Bukannya gue buta arah, tapi gue sangat malas untuk memperhatikan jalan. Blame it on the blue top. 

You just can't miss that big orange sign

See, very compact and minimalist

Cafe ini memang mungil banget, tempat parkirannya pun mungil hanya muat 3 mobil dan beberapa motor saja. Outdoor seating tersedia bagi kalian yang lebih senang menghirup percampuran antara udara segar dan karbon monoksida, indoor seating pun ada buat teman-teman yang suka memanjakan diri dengan semburan freon. 

Gue suka banget dengan interior design Brown Fox cafe yang sangat sederhana dan minimalis, namun tetap nyaman dan bikin betah berjam-jam nongkrong sambil menikmati jaringan internet gratis yang cuku cepat dan lumayan stabil. Hanya ada beberapa framed quotation di sisi kanan kiri tembok, beberapa tanaman hias di meja, setumpuk majalah untuk dibaca di dalam cafe dan tidak boleh dibawa pulang, dan kombinasi pewarnaan yang manis dengan pemilihan perabotan minimalis yang sangat serasi. Semuanya cukup untuk membuat gue nyaman saat melangkah masuk kedalam cafe bertema Jepang ini. 

And where does the bunny go?

Very cute T-shirt and bags by Skelly are being sold here


Pasti kalian sadar dong betapa seringnya gue menggunakan kata "mungil" untuk mendeskripsikan cafe ini. Gue nggak bohong. Cafe yang cocok banget untuk dijadikan tempat sarapan setiap hari ini memang sangat kecil dan minimalis. Nggak butuh belasan langkah untuk gue sampai ke counter pemesanan dari pintu masuk. Seketika gue disambut dengan salah satu crew Brown Fox cafe, yang sepertinya sedang mengalami pagi yang kurang baik karena dia pelit senyuman atau mungkin pembawaan ekspresinya memang seperti itu, dengan, "Silahkan, mau pesan apa?" sambil menyodorkan deretan menu santapan yang bikin ngiler dan pusing karena bingung mau memilih yang mana. 

The sight of the cafe's counter

Who wouldn't want a kitchen like this? 

Nice, free wifi!

Hello there, Mr. Brown Fox.

Cute notebook for sale.

Condiments and magazines to accompany your breakfast with

Simple, yet elegant

Comfy, don't you think?

Kebetulan pagi ini gue lagi nggak punya banyak waktu untuk dihambur-hamburkan, jadi gue berusaha untuk tidak plin-plan seperti gue biasanya dan pilihan menu sarapan langsung tertuju pada segelas Strawberry Smoothie dan sepiring Classic Maple Waffle, with whipped cream, sprinkles of almond chunks, and strawberry slices. Mantap!

Menu side A

Menu side B

Beverages Menu


Nggak sampai 10 menit, pesanan Strawberry Smoothie gue langsung diantar ke meja - yang seketika menjadi favorite spot gue ketika menginjakkan kaki kedalam Brown Fox cafe karena letaknya yang sangat dekat dengan tembok kaca sehingga sinar matahari yang sangat membantu gue dalam pengambilan gambar bisa dimanfaatkan sebagai lighting alami yang sangat ciamik. Tapi, terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam tersebut, meja itu memang yang paling gue suka dari semua tempat duduk yang ada di dalam cafe mungil ini. Nggak ada alasan tertentu. Suka, ya suka aja. Yang namanya hati kan nggak bisa dibohongin. 

Nggak lama kemudian, waffle gue pun diantarkan ke meja. Waffle-nya masih hangat, dan disajikan dengan whipped cream, potongan almond yang cukup banyak, taburan powdered sugar, dan beberapa potong buah strawberry segar. Bahagia banget dengan penyajiannya yang apa adanya, namun manis dan tetap bikin gue gagal untuk nggak ngiler. 

Terdengar bunyi "kress!" yang merdu banget di telinga gue ketika gue menancapkan garpu dan pisau ke potongan Classic Maple Waffle tersebut. Merdunya melebihi Beyoncé ketika beliau lagi nyanyi "I Was Here" di United Nations General Assembly saat merayakan United Nations World Humanitarian Day. Gue memang berlebihan, biarin aja. 

Classic Maple Waffle 

Waffle ala Brown Fox: Waffle & Coffee memiliki tekstur yang ringan dan renyah, cocok banget untuk disantap sebagai sarapan. Kalau boleh gue bandingin dengan waffle ala restoran cepat saji, sudah pasti waffle bikinin Brown Fox cafe menang telak. Rasanya tidak terlalu manis dan gurih, dan potongan waffle yang menyatu dengan maple syrup yang manis, whipped cream yang sangat creamy dan lembut, taburan bubuk gula yang menambah rasa manis yang berbeda, dan potongan strawberry yang segar dan agak kecut menciptakan sebuah kombinasi rasa yang harus diberika empat acungan jempol; dua dari tangan dan duanya lagi dari tangan pasangan kamu menyantap waffle. Kalau kamu makan sendirian, seperti gue, segera buka sepatu dan acungin jempol kaki. Sip. 

Sayangnya, tekstur ringan dari waffle tersebut nggak bertahan lama, karena bagian waffle yang terkena tuangan maple syrup cepat sekali menyerap segala kelengketan manis tersebut, sehingga menjadi basah dan lembab. Nggak lembek, tapi jadi lembab seakan-akan udah nggak punya semangat untuk hidup lagi. Dan, mungkin karena gue yang masih kenyang karena sebelum menyantap sarapan di Brown Fox cafe gue sempat ngemil beberapa potong biskuit Regal, gue merasa agak mual di beberapa potongan terakhir. Mungkin karena faktor gue kekeyangan, mungkin juga karena wafflenya menjadi berat dan terlampau manis. Tapi, terlepas dari itu semua, I didn't regret any single bite that I took. 

Boy, would you look at that. 

Anak durhaka mana yang membiarkan Ibunya nggak merasakan kenikmatan homemade waffle buatan cafe mungil ini? Gue membelikan Ibu gue sepasang Liége Waffle dengan topping kayu manis dan kombinasi antara chocolate syrup dan potongan almond. Dibandingan dengan waffle yang gue santap di tempat, Liége Waffle memiliki teksture yang lebih kenyal dan tebal, sejenak mengingatkan gue dengan tekstur roti bagel. Liége Waffle buatan Brown Fox cafe cukup nikmat dan mengeyangkan, tapi gue lebih suka dengan Classic Maple Waffle yang gue santap. 

A couple of Liége Waffles for Mom

On the one hand, Strawberry Smoothie ala Brown Fox cafe pun enak dan menyegarkan. Kombinasi strawberry yang agak kecut, susu yang gurih, es yang membuat segalanya menjadi lebih nikmat, dan gula yang manis memang mantap. Tapi, gue merasa bahwa perpaduan antara smoothie dingin dan waffle hangat di pagi hari itu kurang cocok. Mungkin untuk kedepannya gue akan akan mengganti minuman gue menjadi latte, atau milk tea, hangat atau hot chocolate sekalian biar lebih mantap. 

Some cold and thirst-quenching Strawberry Smoothie 

Nah, buat kalian yang kehabisan ide tempat sarapan mana yang harus kalian kunjungi sebelum ngantor atau ngampus, gue saranin kalian mampir lah ke Brown Fox: Waffle & Coffee. Sangat direkomendasikan untuk kalian yang doyan nongkrong di cafe-cafe mungil nan nyaman. Hati-hati aja kalau udah betah, takutnya kalian nggak pulang ke rumah. 


Brown Fox: Waffle & Coffe
Jalan Taman Margasatwa No. 9C
Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Opening Hours:
Monday - Sunday: 8AM - 10PM

Contact:
+62 819 9987 0041

You guys can check out their website, and made order at your Go-Jeg app for delivery service. Handy, no? Oh, and check out their Instagram, too. Very appetizing. 

Friday, March 18, 2016

ON HIATUS UNTIL FURTHER NOTICE

Selamat malam, para pembaca setia Milky Way Cafe!

I am beyond thrilled to announce that I have been making progress in my flight school, woohoo! Akhirnya, setelah menanti-nantikan terbang selama dua tahun lamanya, gue terbang juga. And by terbang, I meant real terbang as in you get to hop inside the aircraft, turn the ignition on, get it to fly, and do real maneuvers stuff. Keren, ya?

Nah, semakin sering gue terbang, semakin tinggi stage gue, maka semakin sedikit juga waktu luang yang gue punya untuk melakukan hal-hal yang biasanya gue lakukan. Yang biasanya gue bisa menikmati weekend mampir ke bistro terkenal yang sedang happening, sekarang gue kebanyakan bersemedi dirumah menikmati kasur gue yang empuknya nggak tertandingi. Yang biasanya gue bisa ngaso di barak setiap weekdays, menikmati jaringan internet yang super kenceng dengan membuka semua website yang bisa gue buka, sekarang gue lebih sering garuk-garuk tembok sambil komat-kamitin hafalan untuk terbang besok harinya. Yang biasanya sehari-hari gue bela-belain nahan lapar demi punya badan kayak Mila Kunis, akhirnya gue makan tiga kali sehari ditambah snack gara-gara otak gue yang mendadak jadi super lelet kalau gue lagi lapar.

Banyak deh pokoknya, contoh-contoh dinamika hidup gue yang berubah semenjadk gue terbang. Salah satunya lagi, ya, gue jadi jarang punya waktu luang untuk menulis. Oleh karena itu, gue memutuskan untuk hiatus. Nggak lama-lama, kok, hiatusnya. I'm thinking on taking a break until I graduate, but that doesn't mean that I will stop writing. I would definitely still write and publish is in social media, especially here in Milky Way Cafe, just not as often as I used to be. 

Kalian mau, kan, nungguin gue balik? :)

Best regards,
Kinan L. Wirastani



Friday, January 8, 2016

Silver Queen Chocolate Lava Cake


Selamat malam, readers!

Sebelum gue lanjut ngoceh panjang lebar di postingan blog gue kali ini, do allow me to wish you a Merry Belated Christmas and a Happy New Year! Semoga tahun ini nggak bakalan se-shitty tahun kemarin dan even if it does get shitty at some points, semoga kita dikasih kekuatan to get through it. Sip.

Perlu gue ingetin bahwa postingan blog malam ini sangat sembarangan dan sangat jauh dari sistem EYD. Jadi, buat kalian yang sekiranya bakalan senewen semakin kalian scroll kebawah, ada baiknya kalian lanjut baca sambil dengerin ini. Biar tambah senewen. Sip.


Silver Queen Chocolate Lava Cake

Resep ini gue dapet dari salah seorang sahabat gue di STPI, yang meditnya nggak ketolongan kalo udah ngomongin soal makanan. Beda dengan gue, yang prinsipnya adalah makan untuk menikmati, dia makan untuk kenyang. Jelas, dengan prinsip yang kayak gitu, ajakan gue untuk ngemil-ngemil cantik di Sweet Hut ditolak mentah-mentah. Mending di tolak doang, nah ini dia pake nyepet (nyela nyerempet-nyerempet) pula. 

For those who are not familiar with Sweet Hut, it's a cafe focused on desserts, located at Gading Serpong. Waktu itu gue lagi kepingin banget makan chocolate lava cake dan, kebetulan, satu-satunya tempat makan yang jual chocolate lava cake paling decent, yang lokasinya nggak jauh dari sekolah gue, ya cuma di Sweet Hut. Agak mahal sih kalo dibandingin sama lava cake buatan Domino's Pizza, tapi, ya udah! The moment I'm craving for something, it needs to be fulfilled. Period! 

"Lo ngapain sih buang duit lima puluh ribu buat makan begituan," katanya. "Mendingan lo bikin sendiri pake Silver Queen sama kue bolu," lanjutnya, "tinggal lo lelehin, kue bolunya lo bolongin, terus tuang deh coklatnya. Sama aja, kan?". Mau marah nggak, sih?

Selang tiga minggu kemudian, ngidamnya gue akan chocolate lava cake pun belum kesampean. Akhirnya, gue memutuskan untuk ngikutin resep chocolate lava cake a la penghuni neraka itu..


Bahan:
- Silver Queen 
- Kue bolu 
Terserah mereknya apa. Preferably rasa coklat, sesuai dengan judulnya, tapi kalo kalian kepingin bolu rasa pisang, nggak masalah. Atau, mungkin kalian kepingin bolu rasa strawberry, ya, boleh-boleh aja. Chocolate goes well with everything. Am I right?





Cara Membuat:

- Bolongin kue bolu pake shot glass
Sebenernya, gelas yang kalian pake buat bikin bolongan di kue bolunya nggak harus shot glass, kok. Semua tergantung dari ukuran kue bolu kalian. Karena bolu kukus (Roti Sharon's Steamed Chocolate Cheese Cake) yang gue beli ukurannya agak kecil, gue pake shot glass sebagai patokan bolongan yang pas buat kue bolunya. 

Semisal kalian nggak punya shot glass, coba cari gelas dengan diameter paling kecil yang kalian punya di rumah. Kalau tetep nggak ada, bolongin manual aja pakai pisau. Pokoknya pinter-pinternya kalian aja.  







- Lelehin coklat Silver Queen
Ya udah, lelehin aja.




- Tuang lelehan Silver Queen ke dalam kue bolu
Tuang ya tinggal tuang.




Dan, setelah berkutat di dapur selama 15 menit, jadi juga chocolate lava cake kw super gue. To be honest, the lava cake itself looked neat and promising with all those gooey chocolate and fluffy cake. Tapi, namanya juga kw super ya, it didn't taste like what chocolate lava cake is supposed to taste like. 

Don't get me wrong, rasanya enak banget lho - steamed cake-nya itu lembut dan empuk banget, dan nggak seret di tenggorokan. Silver Queen-nya nambah rasa manis to the whole cake, which is good because I love sweets, dan potongan-potongan kacang mentenya bikin tambah enak dan slightly gurih.

But, then again, it's not chocolate lava cake. 

Dan, karena nggak ditambahin mentega dan susu pas Silver Queen-nya lagi di lelehin, coklatnya jadi gampang mengeras, alhasil nggak ada efek-efek lava ngalir pas kuenya dipotong. Fail. 

•    •    •

Buat kalian yang seketika laper (dan mungkin dalam tingkat senewen tertinggi) setelah menghabiskan beberapa menit di postingan blog malem ini, you might want to give this recipe a try. It's pretty good to sought solace on, it doesn't need much time to prepare, it's super duper simple and handy, nonetheless taste deliciously sweet. 


All credits goes to my stingy best buddy!



Regards,
Kinan L. Wirastani