Sunday, December 2, 2018

Sego Sambal Mak Yeye

“Apa, sih, yang lo suka dari Mak Yeye,” tanya gue kepada Afif. “Ya, gue suka penyetannya, Kin,” jawabnya, “gue suka sambelnya, telornya, ikan peinya, tempenya. Ya, penyetannya!”. Jawabannya nggak ada yang masuk di nalar dan, buat gue, agak sedikit bias. “Sebenernya, yang bikin enak itu joroknya, Kin,” tambahnya lagi, “nggak tau, kan, lo di dalem sambelnya itu sebenernya ada iler Genderuwonya.”. Waduh. 

Sego Sambel Mak Yeye adalah salah satu kuliner legendaris di Surabaya yang letaknya hanyalah di sebuah gang kecil di Jalan Jagir Wonokromo. Tempat makan ini memonopoli gang tersebut, di mana di kanan kiri gang tersedia meja dan kursi untuk tamu makan, tapi lokasi penjualannya hanya satu dan sangat-sangat kecil. Ibarat semut mengerubuti remah martabak yang tercecer di lantai, beginilah situasi saat kami beradu urutan dengan warga lokal untuk memesan beberapa porsi penyetan. Kami berempat, ada gue, Afif, Ega, dan Mas Koko. Sementara Afif dan Mas Koko sibuk mengantri, gue dan Ega menyibukkan diri dengan hp kami masing-masing. 


Kurang lebih setengah jam lamanya gue dan Ega menunggu di meja yang kami tempati, di salah satu bangunan yang dijadikan sebagai tempat makan, barulah Afif dan Mas Koko datang membawa dua pasang piring berisikan nasi dan lauk-pauk yang terlihat biasa saja dan nggak begitu menggugah selera. “Dua asin, dua manis, kan.” tanya Afif memastikan. Punya gue yang manis, entah apa yang membedakan dengan yang asin karena tampilannya nggak ada bedanya. “Kalo yang manis itu dikasih gula, Kin,” jelas Ega, “jadi di sambelnya itu ditaburin gula biar manis.”

Kan, biasanya, khasnya penyetan itu adalah lauk yang dilumati (biasanya dengan ulekan, atau beban hidup) yang kemudian dicampur dengan sambal dan baru disajikan di atas nasi. Nah, sebenarnya, kalau mau dibilang “penyetan”, nasi dan lauk Mak Yeye ini nggak bisa tergolong sebagai penyetan karena lauknya nggak dibenyek-benyekin; lauknya hanya diletakkan saja di pinggiran nasi dan sambalnya dituangkan di atasnya. Kalau gue pribadi lebih senang menggolongkan kuliner khas Surabaya ini dengan “sego lawuh”, atau nasi lauk kalau diartikan ke bahasa Indonesia. 

Nasi pulen yang menggunung ditimpa dengan dua potong tempe goreng, satu telur dadar, satu potong ikan pei, dan tumpahan sambal yang kelihatannya pedas banget. Ikan Pei itu ikan apa? Gue awalnya nggak tahu. Gue udah keburu melahap beberapa suwir saat Afif memberitahu gue bahwa itu adalah ikan Pari. Hancur hati gue saat gue tahu karena gue udah berniat untuk nggak memakan ikan Pari. “Lho, kenapa emangnya, Kin,” tanya Afif. Gue udah beberapa kali menyelam di laut dalam dan terkagum-kagum saat melihat sekawanan Ikan Pari berenang berkeliling gue, dan mereka sangat-sangat cantik dan gue udah terlanjur sayang dengan ikan tersebut. Gue nggak sampai hati untuk sengaja memakan mereka. “Ya, masa gue makan temen, Fif,” jawab gue. Yang bikin gue makin sedih adalah ternyata rasa daginnya enak. Dagingnya manis dan empuk, dan rasa gurihnya agak-agak mirip dengan rasa daging ikan Tuna. Dagingnya diasap dan rasa asapnya terasa di setiap gigitan. Sama sekali nggak amis. Kalau kalian penasaran rasa ikan Pari kayak gimana, nggak usah ditanggepin, ya, rasa penasarannya. Please. Mau nggak mau gue harus menghabiskan jatah ikan Pei yang ada di piring gue karena gue nggak mau ikan itu mati sia-sia. 


Harus gue akui, sambalnya memang nikmat banget. Rasanya gurih dan manis, asinnya pas, dan pedasnya luar biasa gue sampai kehabisan nafas dan berucucran keringat. Kombinasi lauk yang paling top, menurut gue, adalah nasi, telur dadar, dan sambal itu sendiri. Telur dadarnya sangat berminyak, tapi gurih dan asin. Teksturnya kering, agak lembut di bagian tengahnya, dan tipis banget. Udah pasti telur ini nggak bagus buat kesehatan, tapi kadang justru makanan yang nggak bagus buat kesehatan lah yang enaknya nendang. Tempenya nggak berkesan sama sekali karena rasanya yang tawar dan pemotongannya yang terlalu tebal sehingga nggak ada garing-garingnya sama sekali ketika digigit meskipun sudah digoreng. 

Jujur, gue menikmati banget sambal yang disajikan di Sego Sambal Mak Yeye. Meskipun nggak ada faktor “wow” yang bisa dibanggakan, tapi gue tetap merekomendasikan sajian kuliner khas Surabaya ini bagi kalian yang belum pernah mencicipi. Tapi, boleh nggak gue minta satu hal? Kalau kalian mau makan di sini, nggak usah pakai ikan parinya, ya? Nggak tega. 


Sego Sambal Mak Yeye
Jalan Jagir Wonokromo Wetan, No. 10
RT005 RW006 Jagir
Wonokromo, Kota Surabaya 
Jawa Timur 60244

Contact: 
+62 821 4065 2797

Opening Hour:
MON - SUN: 9PM - 4AM

Available on Go-Food 

No comments:

Post a Comment